Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menelisik Kebijakan Luar Negeri AS dan Geopolitik untuk Sekutu AS

12 Maret 2017   19:30 Diperbarui: 6 Mei 2017   07:54 1462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun dalam menghadapi kecemasan dalam negeri, dan keraguan dari dalam pemerintah dan masyarakat, pemerintah Abe tetap dikejar oleh AS.

Pada kenyataannya, setelah Perang Dingin, terdapat satu sifat utama dari hubungan Jepang-AS berpengaruh dengan kelanggengan dan kepanjangan Pedana Menteri Jepang dalam berkuasa, seperti Junichiro Koizumi, ia digambarkan oleh oposisi Jepang sebagai PM yang hanya mengikuti perintah AS. Ia selalu mendengarkan apa kata AS, dan itu kenapa mampu menjadi PM Jepang selama lima tahun. Tapi kemudian, ada perubahan besar ketika PM Yukio Hatoyama sebagai PM, dia ingin berdiri setara dengan AS, sehingga mengalami beberapa masalah.

Pada tahun 2009, Partai Demokrat Jepang yang diwakili Yukio Hatoyama menyerukan pembangunan Futenma diluar Okinawa, dan bahkan di luar Okinawa yang memenangkan banyak pendukung, slogannya telah menyebabkan ia memenangkan banyak suara pemilih.

Setelah menjabat, Hatoyama bahkan berani menganjurkan untuk membentuk “East Asian Community (Komunitas Asia Timur)” yang dipandang trennya untuk bebas dari kontrol AS.  Akibatnya kurang dari setahun setelah resmi menjabat, ia mengundurkan diri dan meninggalkan kantor karena masalah kontribusi politik dan juga karena gagal untuk menangani hubungan Jepang-AS.

Setelah Partai Demokrat meninggalkan kantor dan Abe menjabat, ia mengubah gaya sentrifugal dari AS selama pemerintahan Demokrat, dia memperkuat aliansi Jepang-AS. Dalam situasi dimana memperkuat aliansi ini, kita melihat bahwa meskipun beberapa kebijakan Abe tidak mendapat persetujuan dari rakyat Jepang, namun pada kenyataannya, kebijakan luar negerinya telah mendapat dukungan kuat dari AS.

Dalam beberapa tahun teakhir ini, terjadi telah diangkatnya (dihapuskannya) larangan untuk bela-diri kolektif Jepang dan diakui AS dan bahkan dianjurkan. Setelah Undang-Undang keamanan terkait disahkan, arah kerja-sama pertahanan Jepang-AS yang komprehensif disesuaikan. Ini setara dengan langkah kunci dengan keingian Abe untuk mengamandemen konstitusi Jepang. Jadi itu didasarkan pada situasi ini, dengan dukung AS, jabatan Abe jadi abadi dalam arena politik Jepang.

Namun dengan keadaan nasional AS yang telah melemah, AS harus lebih mengandalkan lebih banyak pada bantuan diplomatik sekutu, militer, dan sektor ekonomi. AS berharap sekutunya akan membayar harga yang lebih tinggi dan mengambil lebih banyak tanggung jawab, sementara juga memberikan beberapa hak inisiatif.

Kini, dengan AS lebih mengendorkan obligasi utamanya, kekuatan militer Jepang terus dilepaskan kontrol pelatuknya. Suatu hari, ketika apabila Jepang sudah cukup kuat, banyak yang mempertanyakan siapa yang akan memimpin siapa dalam aliansi AS-Jepang ini? Akan sulit dijawab.

Seperti apa yang Trump sadari, alasan penting mengapa strategi AS membuat aliansi secara bertahap gagal adalah dikarenakan ekonomi. Pangsa ekonomi AS dalam ekonomi global berkurang. Ini yang menyebabkan semua sekutunya, terutama sekutu di Asia-Paisifik seperti yang kita mengetahui bahwa masalahnya AS tidak dapat menyelesaikan untuk meningkatkan hubungan ekonomi antara sekutunya di Asia-Pasifik dengan Tiongkok, dan ikatan itu jauh melebihi ikatan ekonomi antara AS dan sekutunya di Asia-Pasifik. Namun mereka ini tidak ada yang mau membayangkan akan menggantungkan keamanannya kepada Tiongkok.

Mereka masih terikat untuk tetap memilih AS pada saat ini. Tetapi ketika sampai untuk masalah instruksi AS, dan diperintahkan utnuk melakukan sesuatu berdasarkan niat strategis dan kepentingan startegis AS, mereka makin hari makin ragu.

Bagi sekutu penting AS lainnya, slogan Trump “America first” telah membuat mereka mundur. Federica Mogherini Perwakilan Tertinggi Uni Eropa Untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan mengatakan, sejak Trump telah mencanangkan “America fisrt” Trump harus fokus pada AS, tidak menggangu politik internal Uni Eropa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun