Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menelisik Kebijakan Luar Negeri AS dan Geopolitik untuk Sekutu AS

12 Maret 2017   19:30 Diperbarui: 6 Mei 2017   07:54 1462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Misalnya, AS pernah suatu kali memperbolehkan Israel memiliki rencana membangun nuklir. Namun,  setelah beberapa tahun belakagan ini kekuatan ekonominya berkurang, metode AS untuk mempertahankan sistem sekutunya telah berubah, dan sangat cendrung ke arah militer, bukan lagi ke arah kerjasama ekonomi, ini yang menyebabkan kepercayaan kepada AS sebagai pemimpin sistem sekutu menurun.

Krisis Finansial Cendrung Mengubah AS Ke Arah Sekutu Militer

Beberapa analis percaya bahwa setelah krisis keuangan tahun 2008, AS telah semakin lebih suka melakukan mengarahkan kerjasama dengan sekutu di sektor militer dan keamanan, dan memperbesar konflik di daerah hot-spot untuk memaksa sekutunya untuk lebih mengandalkan diri pada AS demi keselamatan negara mereka. Cara ini tampaknya telah menjadi metode yang efektif bagi AS untuk memperkuat sistem sekutu.

Tapi masa kini bukanlah masa yang lalu. Apa masih bisa AS memberi perlindungan keamanan yang kuat seperti yang mereka berikan sebelumnya?

Berdasar situs “Global News” di Jerman menuliskan, mereka pecaya dalam beberapa tahun terakhir, AS terus menciptakan sistem sekutunya agar aman, dengan fokus bergeser dari Eropa ke Asia, tetapi ketidak-simetrisan dari sistem AS telah menyebabkan sekutu AS khawatir akan meninggalkan sekutu dalam “kesulitan dari aliansinya” sementara AS lebih khawatir akan menjadi lebih “terlibat.”

Pengembangan Sekutu Dengan Korsel

Menurut laporan dari media Korsel, mulai dari 13 Maret 2017, Korsel dan AS akan terus melakukan latihan milter bersama dengan nama sandi “Key Resolve” yang akan menjadi terbesar dalam sejarah. Tapi tidak seperti tahun lalu, Korsel dan AS akan menambah skenario untuk latihan : Korut akan meluncurkan rudal balistik, dan Korsel dan AS akan men-simulasikan menggunakan sistem pertahanan udara anti-rudal THAAD untuk mendeteksi dan mencegat rudal.

Pada 2 Pebruari 2017, Menhan AS yang baru Mattis mengunjungi pangkalan udara AS Osan di Korsel, dan bertemu dengan PM interim Korsel Hwang Kyo-ahn. Kedua belah pihak menegaskan bahwa aliansi Korsel-AS masih kukuh setelah Presiden Trump resmi berkantor.

Mattis megatakan: “Tapi sekarang kita harus mengatasi kenyataan dari ancaman yang dihadapi negara Anda dan negara saya, dan kita berniat untuk bahu-membahu dengan Anda, dan kita hadapi bersama.”

Mattis juga bertemu dengan Menlu Korsel Yun Byung-se dan Menhan Korsel Han Min-goo untuk membahas topik seperti mempromosikan pengerahan dan penyebaran sistem anti-rudal THAAD dan menggunakan senjata strategis AS di Semenanjung Korea dalam tahun ini.

Isu nuklir Semenanjung Korea yang sedang memanas menjadi kunci untuk melanjutkan aliansi militer Korsel-AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun