Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Money

Jalur Sutra Maritim Zaman Kuno (3)

6 April 2016   22:26 Diperbarui: 6 April 2016   22:55 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi dari www.youtube.com"]Perkembangan “Baru”Pada zaman Tang Dinasti (tahun 618-907), Liangtianchi (量 天 尺), alat pengamatan bintang diciptakan di Tiongkok yang kemudian menjadi pencerahan dalam Navigasi Astronomi Laut. Dalam Dinasti Song orang Tiongkok menemukan Kompas dan digunakan dalam navigasi pelayaran, teknologi canggih seperti meletakan dasar yang kuat untuk membuka Jalur Sutra dan Perluasan Perdagangan luar negeri serta kemakmuran komunikasi budaya dunia.

[caption caption="Ilustrasi dari www.youtube.com"]

Alat pengamatan bintang untuk mengukur jarak zaman kuno Tiongkok

Sejak Dinasti Sui (隋tahun 581-618) Tiongkok dapat dikatakan ter-unifikasi lagi. Pada Dinasti Tang masyarakat Tiongkok masuk dalam periode kemakmuran yang besar dan perdagangan luar negeri tercapai pada puncak baru. Sehingga Jalur Sutra Maritim berkembang pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dalam zaman Dinasti Tang dan Song (tahun 960), sejumlah pelabuhan perdagangan ke luar negeri terbentuk di daerah pesisir tenggara Tiongkok seperti Yangzhou, Mingzhou (Ningbo saat ini), Quanzhaou, Guangzhou yang sangat terkenal. Terutama Guangzhou sangat berkembang pada saat itu.

Han Yu (韩愈), seorang Perdana Menteri dan penulis besar dari Dinasti Tang, ketika turun dari jabatannya dan melewati Gaungzhou, dia menulis catatan “Barang-barang dari luar negeri diangkut ke negara kita (Tiongkok) setiap hari, berupa mutiara, parfum, gading gajah, tanduk badak, kulit penyu sisik, dan barang langka lainnya yang tidak ada habis-habisnya dan dapat dilihat di seluruh Tiongkok.”

[caption caption="Ilustrasi dari www.youtube.com"]

 

Seorang bhiksu Jepang datang ke Guangzhou pada periode  Kaiyuan (开元/tahun 713-741 ) Dinasti Tang, dia juga melihat pemadangan seperti itu. Ada banyak kapal dari Brahmin, Persia, Kunlun, dan negara-negara lainnya, yang dalam ruang kapalnya 6 atau 7 zhang (3 m)  dan yang membawa rempah-rempah dan parfum serta harta lainnya. Banyak orang dari Sinhala (Sri Lanka), Kerajaan Arab, kerajaan Gutang dan tempat-tempat lain dan juga dari segala tempat di Tiongkok.

Liu Yuxi (刘禹锡) seorang penyair besar, juga menuliskan kata putitis : “Laut tenang dan ikan paus beristirahat. Dibawah sinar matahari banyak kapal-kapal denga penuh harta.”

Kini Pelabuhan Huangpu (黄埔) di Guangzhou, airnya tenang, suatu ketika pernah menjadi pelabuahn yang sibuk sekali sebelum diganti yang baru. Kapal-kapal penuh dengan harta yang berlabuh, kini hanya bisa dilihat di gambar, dan patung yang dibuat sebagai relief.

[caption caption="Ilustrasi dari www.youtube.com"]

Petilasan Pelabuhan Huangpu kini

Pada zaman Tang dan Song Jalur Sutra Maritim telah berkembang cukup makmur, saat itu terjadi fenomena baru, yang sebelumnya navigasi adalah hal yang masih sangat spesifik. Yang menjadi peserta utama adalah pedagang, para utusan negara, dan para biarawan yang menjadi penumpang kapal dagang.

Pada saat itu, banyak orang sudah mulai memperhatikan laut dan menunjukkan minat dalam geografi. Maka satu demi satu buku tentang geografi telah diterbitkan.

“Catatan Geografis Dari Tanah Imperial” (皇 华 四 达 记) yang ditulis oleh Jia Dan (贾 耽) dari Dinasti Tang, “ Laporan Dari Linan” (岭外代答) yang ditulis oleh Zhou Qufei (周 去 非) dari Song Dinasti. Serta “Sebuah Dekripsi Bangsa Babarian” (诸蕃志) oleh Zhao Rushi (赵汝适) dari Song Dinasti, yang mencatat semua kondisi negara-negara asing secara panjang lebar.

[caption caption="Ilustrasi dari www.youtube.com"]

3 Kitab kuno tiongkok yang mencatatan tentang pelayaran maritim

Jia Dan dari Dinasti Tang ini, sejak kecil sudah gemar dengan geografi. Meskipun menjabat sebagai pejabat negara sepanjang hidupnya, dan menjabat sebagai Perdana Menteri selama 13 tahun, Jia Dan tidak pernah lepas memperlajari geografi. Ketika ada utusan datang dari mengunjungi perbatasan, ia harus bicara dengan mereka  dan meminta rincian tentang gunung dan sungai serta tanah. Dia walaupun tidak memiliki pengalaman navigasi, tapi mencatat semua rute dari Guangzhou ke barat dengan lengkap dan akurat pada saat itu.

Rute laut dari Guangzhou ke Asia Barat dan Afrika Timur dicatat dalam buku “Kitab Tang Baru” (新唐书) yang ditulis oleh Ouyang Xiu (欧阳修) dan Song Qi (宋祁) dari Dinasti Song yang ditranskrip dari "Catatan Geografis Dari Tanah Imperial " (皇 华 四 达 记) yang ditulis oleh Jia Dan.

Pasifik Barat, Samudra Hindia Utara dan Laut Mediterania yang menjadi bagian dari sistim air Atlantik, dibagi menjadi beberapa area laut dalam “Laporan Dari Lingnan” (岭外代答), dan buku juga membahas tentang beberapa kota yang berfungsi sebagai pusat distribusi perdagangan luar negeri dan pemahaman makro dari beberpa lauatan kecuali Samudra Artik.

Dalam Buku “Sebuah Dekripsi Bangsa Babarian” (诸蕃志)  dicatat secara rinci tempat-tempat yang menakjubkan, seperti Sisilia. Dengan melukiskan: “Ada sebuah gua di bawah tanah diatas gunung di negara ini. Gua ini menyemburkan api sepanjang tahun. Beberapa orang di negeri ini memasukkan batu besar dalam gua yang membara (kawah) ini dan setelah beberapa saat akan meledak menjadi fragmen. Api di gua (kawah) ini akan muncul setiap lima tahun dan mengalir sepanjang jalan menuju pantai. Kemana saja api ini mengalir semuanya akan menjadi abu.’ 

Sekarang kita mengetahui yang dimaksud dengan tempat ini adalah Gunung Etna di Sisilia, Italia di Laut Mediterania. Geografi luar negeri dan pemandangan yang indah telah disebarkan oleh buku-buku ini. Budayaan laut telah membentuk daya tarik yang unik, sehingga membuat banyak orang penasaran.

Zaman Laksamana Zheng He Muhiba Ke Samudra Hindia

Pada zaman Diansti Yuan dan Ming, navigasi maritim di Tiongkok masih kuat. Dan Jalur Sutra Maritim telah makin berkembang.

[caption caption="Ilustrasi dari www.youtube.com"]

Laksamana Zheng He atau Cheng Hoo

Ekspedisi Cheng Ho (郑和) ke Samudra Hindia ditandai dengan kejayaan. Ketika Wang Dayuan (旺 大 渊) dari Nanchang (南昌) di zaman Dinasti Yuan berusia 20 tahun, yaitu pada tahun 1330, ia melakukan perjalanan sepanjang rute Barat dengan kapal. Ia melewati Pulau Hainan, Asia Tenggara, India, Persia, Arab, Mesir dan juh ke maroko, meninggalkan Laut Merah tiba di Sri Lanka melalui Somalia di Afrika timur, Mozambik dan Samudra Hindia, kemudian mencapai Kalimantan dan Filipina dari Jawa melalui Australia dan kembali pulang ke Tiongkok, yang berlansung selama lima tahun.

[caption caption="Ilustrasi dari www.youtube.com"]

Rute pelayaran dan petualangan Wang Dayuan dicata dalam kitab “Catatan Pulau Barbar” (岛 夷 志) 

Dalam perjalanan, Wang Dayuan benar-benar mencatat apa yang dia saksikan secara pribadi dan menuliskannya dalam buku “Catatan Pulau Barbar” (岛 夷 志/account of Island Barbarians) dan edisi singkat nya "Catatan Singkat Tentang Pulau Barbar" (岛 夷 志 略/A Brief Account of Island Barbarian) masih populer hingga sekarang.

Buku ini ada juga yang mencatat dengan melukiskan binatang yang tubuhnya berbulu burung pada waktu itu. Orang disana (Aborigin Australia) memasak dengan api dan hanya makan burung mentah dan hewan. Mereka tinggal di phon-pohon di lapangan (padang pasir). Juga ada melkiskan ada burung “bangau” yang tingginya 6 chi (1 尺= 33.3cm) di Australia. Burung ini akan akan meregangkan sayap dan menari-nari ketika ada orang bertepuk tangan dan bersoral-sorai. Dilukiskannya dengan sangat indah dan istimewa sekali.

Yang dimaksud dengan “burung bangau” oleh Wang Dayuan ini tidak lain adalah Burung Unta yang  kita tahu sekarang. Dia berbeda dengan penulis-penulis sebelumnya, karena mereka  berpergian tidak  dengan maksud dan tujuan. Sedang Wang Dayuan memang berpergian untuk mencatat keadaan yang dilihat sepanjang ekspedisinya ditambah semangat menjelajah dan ingin tahunya. Bahkan dia ingin berpergian ke seluruh dunia.

Dengan kondisi saat itu, dimana komunikasi bahasa dan persiapan untuk beberapa kperluan hidup, hal itu tidaklah mudah baginya. Wang Dayuan telah mengunjungi Asia, afrika dan Australia yang dicatat dalam "Catatan Singkat Tentang Pulau Barbar" (岛 夷 志 略/A Brief Account of Island Barbarian) secara pribadi dalam beberapa tahun. Karya ini sungguh bukanlah suatu yang mudah pada waktu itu, bahkan untuk sekarang sekalipun.

Ada perbedaan lain antara Wan Dayuan dengan penulis-penulis  kemudian, Wang sangat percaya diri dan mengeksplorasi semangatnya yang mencerminkan budaya laut di Tiongkok pada saat itu.

Pada zaman Yaun Dinasti (tahun 1271-1368), orang Tiongkok sudah tahu bahwa Tiongkok dikelilingi lautan dari semua sisi, dan ada negara lain selain Tiongkok. Orang Tiongkok tidak bisa ke laut utara karena gelombang badai sangat kuat. Tapi orang Tiongkok bisa bepergian jutaan Li ke timur, barat, dan selatan melalui jalur darat maupun laut.

Itu berarti orang Tiongkok mengetahui yang dikelilingi lautan dari semua sisi, dan banyak negara lain di sekeliling Tiongkok. Tapi orang Tiongkok tidak bisa pergi ke laut utara karena gelomabng badai yang sangat kuat saja. Walupun demikian mereka bisa  melakukan perjalanan ke arah lain dengan kapal, bisa tiba di tempat yang sangat jauh yang perjalanannya bisa dilanjutkan.

Dari sini bisa dilihat Jalur Sutra Maritim layaknya telah menumbuhkan pemikiran orang Tiongkok pada laut. Mereka juga menyadari mengarungi lautan ada resiko, tetapi juga akan memberi keuntungan badi semua pihak di dunia. Maka dari itu tampakanya mengapa Tiongkok mengusulkan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 hari ini. Tiongkok menyadari bahwa mereka harus keluar menjadi pasar internasional dan domestik menjadi terbuka penuh, dan mereka harus menumbuhkan semangat petualangan dan merintis Tiongkok go internasional.

Ini seharusnya menjadi perhatian kita Indonesia untuk menerobos pasaran domestik Tiongkok yang maha besar untuk memasarkan potensi ekspor kita melalui Jalur Sutra Maritim dan Proyek Tol Laut kita untuk kemakmuran rakyat Indonesia.

Kekuatan maritim dan berkembangannya budaya maritim yang mendorong navigasi laut Tiongkok. Maka 50 tahun setelah Wang Dayuan mempublikasikan “Catatan Pulau Barbar” (岛 夷 志/account of Island Barbarians), pada tahun 1430 terjadilah ekspedisi laut dahsyat dengan armada yang spektakuler dalam sejarah kuno Tiongkok dan bahkan dunia.

[caption caption="precolumbianoceanictravel.weekly.com"]

Rute pelayaran Laksamana Zheng He

Eskpedisi spektakuler ini di komandoi oelh Laksamana Zheng He (Cheng Hoo) yang tersohor hingga kini, seorang kasim yang juga dikenal sebagai Sanbao (三宝) dari Dinasti Ming. Ini adalah adalah “Zheng He Navigation Chart/Peta Gambar Navigasi Zheng He” (郑 和 航海 图) yang diterbitkan dalam 240 volume dari “Rekaman Peralatan Perang dan  Ketentuan Militer” ((武 略 志) oleh Mao Yuanyi (茅 元 仪) dari Dinasti Ming. Dalam chart itu, ryte dimulai dari Nanjing di timur, terus menuju hilir sepanjang Laut Tongkok Timur dan Luat Tiongkok Selatan, dan mencapai Jawa di sebelah tenggara, terus ke Pelabuhan Jeddah antara Selat Hormuz di Teluk Persia dan Laut Merah dan daerah pesisir Somalia, Kenya dan Tanzania di Afrika timur di barat daya, yang meliputi wilayah luas sepeti Asia Timur, Asia Selatan, Asia Barat dan Afrika timur di perairan Samudra Pasifik Barat dan Samudra Hindia utara dengan lebih dari 530 nama yang ditandai.

[caption caption="Ilustrasi dari www.youtube.com"]

 “Zheng He Navigation Chart/Peta Gambar Navigasi Zheng He” (郑 和 航海 图) 

“Zheng He Navigation Chart/Peta Gambar Navigasi Zheng He” (郑 和 航海 图) digambar berdasarkan metode gambar ketika kapal bergerak sebagai pusat observasi.  Disitu ada gunung, air  dan landscape/bentang darat/pemandangan. Sehingga seperti lukisan gulungan panjang tradisional orang Tiongkok, namun setiap gunung dan bentang darat dapat memandu pelaut untuk berlayar. Ini sejenis peta operasi navigasi

Data dari bintang-bintang digambar seperti beroperasi di laut, semacam teknologi navigasi di langit, garis jarum yang ditunjukan oleh kompas maritim dan catatan yang menunjukkan jarak antara dua istana bahkan ditandai pada rute.

“Peta Gamabar Navigasi Zheng He” merupakan peta gambar navigasi paling awal dari angkatan laut Tiongkok, Peta yang paling kuno dari Jalur Sutra Maritim.

Zheng He memimpin tujuh kali ekspedisi laut ke Samudra Hindia, dengan armada 200 kapal dan lebih dari 27.000 pelaut dalam setiap ekspedisinya, sehingga memperlihatkan suatu suana dan keadaan yang sungguh luar biasa megah, yang menunjukkan satu  kekuatan besar dan bersemangat.

[caption caption="Ilustrasi dari www.youtube.com"]

Aramada Zheng He dalam satu kali berlayar dengan 200 kapal

Barlayar dilaut yang bergelombang tinggi, Zheng He mengatakan bahwa armadanya memiliki layar yang tinggi, yang berlayar siang dan malam serta menghadapi gelombang yang mengamuk terus menerjang tanpa hambatan. Kalimat ini masih terukir pada prasasti baja di Changle, Fujian (天妃 灵 应 之 记).

[caption caption="Ilustrasi dari www.youtube.com"]

Prasasti zheng He di museum (天妃 灵 应 之 记)

Hanpir tidak terbayangkan bagaiman Zheng He mengomandoi dan mengendalikan armada yang begitu besar, dengan kondisi komunikasi pada saat itu, dimana belum ada radio untuk saling berhubungan, sehingga bagaimana mengatur konvoi armada ini tetap dalam formasi yang di-inginkan. Tidak ada catatan atau dokumen sejarah yang tersedia untuk itu.

Sehingga Gavin Menzies, seorang mantan Perwira AL Inggris dalam bukunya “1434 The Year A Magnificent Chinese Fleet Sailed To Italy And Ignited The Renaissance” ada menuliskan, suatu ketika pada tahun 1968, dia pernah ditunjuk oleh Admiralm Gaffin untuk mengkomandoi Armada royal Navy untuk Timur Jauh dalam operasi sehari-hari sebanyak 20 kapal. Dia menyadari betapa sulitnya mengontrol 20 kapal yang sering dengan tiba-tiba badai datang di Laut Tiongkok Selatan, yang jarak pandang menjadi hanya beberpa meter. Jarak pandang merupakan ancaman, sehingga armada harus terus mereposisikan diri.

Dan pengalaman Menzies terulang ketika mengomandoi HMS Rorqual, ketika melakukan simulasi dimana seolah-olah HMS Onslauht (kapal selam) tenggelaqm di dalam laut. Rorqual tiba pertama di lokasi, untuk suatu saat, latihan sejenak dengan operasi Armada Far East tanpa radio dan comunikasi satelit. Dia merasa sulit sekali mengendalikan formasi armadanya yang hanya 20 kapal yang terdiri dari berbagai macam kapal itu. Mneurutnya mungkin jika daalam perairan sedang tenang akan tidak terlalu sulit untuk mengontrolnya.

Dari situ Menzies membayangkan bagaimana, para admiral Zheng He pada zaman itu tanpa teknologi radio seperti sekarang dengan armada besar yang hanya mengadalan gong, bell, genderang, merpati, dan kembang api. ( lihat buku ini di halaman 12).

Para ahli hanya bisa berspekulasi menurut bahan yang relevan, pada angkatan laut zaman Ming, yang memberi komando dan perintah dengan sinyal bendera di siang hari, yang mirip dengan komunikasi melalui sinyal bendera yang diadopsi oleh kapal-kapal modern. Pada malam hari, awak kapal di kapal masing-masing yang berbeda berkomunikasi melalui lentera. Posisi dan jumlah lentera menunjukkan tingkat dan formasi kapal. Jika visibilitas kurang baik dalam cuaca berawan dan berkabut atau hujan, mereka hanya bisa memberi komando dan perintah dengan memukul gong dan genderang. Cara ini yang mungkin digunakan Zheng He dalam mengomandoi armadanya selama ekspedisi.

Namun armada Zheng He menyebar ribuan meter di laut, sehingga ia harus memperbaruhi dan menambah sesuatu yang berbeda untuk cara ini.

Pada zaman Ming Diansti, Tiongkok menyaksikan terobosan baru dalam teknologi maritim dan navigasi. Armada besar Zheng He yang berlayar di laut dengan bantuan alat navigasi yang paling canggih dan teknologi pada zaman itu.  Selain dengan navigasi darat, mereka juga mengadopsi navigasi lain seperti gambar bintang dan kompas.

Ada perbedaan antara gambar bintang operasi laut dan beberapa cara navigasi lainnya seperti Liang Tian Chi (量天尺) di masa lalu. Selain Polaris (bintang utara), bintang lainnya juga diamati, data yang berbeda dibandingkan untuk mendapatkan data navigasi yang lebih akurat dan memastikan porgram yang benar.

[caption caption="Ilustrasi dari www.youtube.com"]

Teknologi navigasi astrnomi juga terjadi kemajuan pada periode ini. Lebih dari 70 indeks telah ditandai di “Bagan atau Peta Navigasi Zheng He” dengan nilai-nilai numerik dari bintang dalam gambaran operasi laut. Yang digambarkan ketinggian laut dan ukuran bintang untuk menetukan lokasi armada.

[caption caption="viewofchina.com"]

Namun dalam kenyataannya kemanjuan ini masih mengambil Polaris serta bintang lainnya sebagai obyek referensi. Kadang-kadang juga masih mengukur dua bintang sekaligus untuk memperbaiki satu sama lain agar mendapatkan data yang lebih akurat, pada semua rute utama di “Peta Navigasi Zheng He”. Mereka berlayar menurut sudut arah yang ditunjukan oleh kompas maritim.

Situasi perairan yang berbeda akan sangat berbeda ketika berlayar di laut, sehingga cara navigasi harus berubah dan disesuaikan berdasarkan keadaan khusus pada aspek yang berbeda. Dengan kemanjuan yang terus meningkat, aplikasi komposit cara navigasi, ekspedisi laut Zheng He bisa menyelesaikan tujuh kali ekspedisi laut dengan berhasil, ini adalh suatu prestasi yang luar biasa.

Dalam 30 tahun dari tahun ketiga periode Yongle untuk kedelapan periode Xuande atau tahun 1403-1433, Zheng He memimpin 7 kali ekspedisi ke Samudra Hindia, mengunjungi lebih dari 30 negara dan kawasan dan menangkap bajak laut, menyumbang mendirikan kuil dan vihara, menghancurkan kekuatan yang bernmusuhan dan membuat persahabatan dengan negara-negara sepanjang jalan, sehingga sangat meningkatkan pemahaman dan persahabatan orang Tiongkok dan negara-negara di sepanjang Jalur Sutra Maritim.

Ekspedisi Zheng He ke Samudra Hindia yang cemerlang dalam sejarah navigasi maritim Tiongkok dan bahkan dunia, telah meninggalkan tanda positif besar pada Jalur Sutra Maritim kuno.

Dalam buku Menzies “1434 The Year A Magnificent Chinese Fleet Sailed To Italy And Ignited The Renaissance” bahkan dituliskan bahwa kebangkitan ilmu pengetahuan dunia yang dimulai dari zaman Renaisan yang diwali dari Florensia, juga dipicu dengan buku-buku dan dokomen-dokumen yang dibawa Ekspedisi Zheng He selama pelayarannya mengarungi Samudra Hindia.

Mesin yang diciptakan pada era Renaisan banyak diadapatasi dari mesin-mesin kuno Tiongkok antara lain seperti mesin berikut ini :

[caption caption="afeeasia.columbia.edu & history.culture-china.com & www.waterhistory.org"]

Mesin-mesin & alat kuno Tiongkok yang di-adapatasi dalam era Renaisan Eropa

Inovasi terpenting dalam era Renaisan adalah mesin cetak, Teknologi ini diperkenalkan dari Tiongkok tahun  1300an-1400an, sehingga menyebabkan melek huruf di Eropa meningkat dan membantu menyebarkan ide-ide Renaisan.

[caption caption="en.wikipedia.org & www.inventionware.com & www.chinaculture.org"]

Mesin cetak (printing) era Rainaisan Eropa & Tiongkok kuno

Pada pokoknya Jalur Sutra Maritim adalah merupakan rute perdagangan, rute komersial, yang telah mejadi interaksi dan fusi kebudayaan dari peradaban manusia. Dengan mundar mandirnya ribuan kapal dari sumua ras dan barang dari dunia yang berbeda ini yang dimuat, terjadilah petukatan peradaban. Dengan warna kulit yang berbeda, bvahasa yang belainan, keyakinan agama yang berbeda, melalui jalur maritim ini mereka saling berkenalan dan kontak.

Dari pertukaran barang berupa sutra, poreselen, teh rempah-rempah, kaca dan barang-barang lainnya dengan segala teknologi yang berkaitan dengan peradabannya, terjadi proses saling mempengaruhi dan interaksi gaya hidup dan budaya dari para pihak. Ini sem,ua tidaklah heran, karena telah terjadi sanggat jauh dan sangat lama.......

( Habis)

Sumber : Media TV Luar Negeri

http://baike.baidu.com/view/5549376.htm

http://baike.baidu.com/view/5493646.htm

https://zh.wikipedia.org/wiki/%E7%8F%A0%E5%B4%96%E9%83%A1

http://baike.baidu.com/view/458870.htm?fromtitle=%E8%90%A7%E6%A2%81&fromid=2001140&type=syn

http://en.unesco.org/silkroad/network-silk-road-cities-map-app/en

http://www.silkroutes.net/orient/mapssilkroutestrade.htm

http://www.ancient.eu/Silk_Road/

http://www.baike.com/wiki/%E6%B5%B7%E4%B8%8A%E4%B8%9D%E7%BB%B8%E4%B9%8B%E8%B7%AF

https://depts.washington.edu/silkroad/texts/hhshu/hou_han_shu.html

http://www.guoxue.com/shibu/24shi/hansu/hsu_039.htm

http://baike.baidu.com/view/251646.htm

http://pan.baidu.com/share/link?uk=137832388&shareid=1818865857&third=0&adapt=pc&fr=ftw

http://pan.baidu.com/share/link?uk=137832388&shareid=1818865857&third=0&adapt=pc&fr=ftw

http://precolumbianoceanictravel.weebly.com/chinese-exploration-the-journey-of-zheng-he-and-others.html

http://www.duguoxue.com/ershisishi/5048.html

http://www.duguoxue.com/ershisishi/5048.html

http://www.whyandhow.org/cn/info/218347/index.shtml

https://sites.google.com/a/asiaa.sinica.edu.tw/iaaq-on-web/2012Q4

https://issuu.com/iaa-quarterly/docs/2012q4_all?e=4034723/1269474

1434 The Year A Magnificent Chinese Fleet Sailed To Italy And Ignited The Renaissance.  By Gavin Menzies. Harper Collins Publishers, 2008

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun