Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pasca Turki Menembak Jet Tempur Rusia—Bagaimana Sikap Sekutunya & Arogansi Erdogan (2)

25 Desember 2015   20:49 Diperbarui: 25 Desember 2015   20:49 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada awal 10 Nopember, NATO mengeluarkan peringatan bahwa pesawat militer Rusia memasuki wilayah udara Turki adalah berbahaya. Setelah Turki menembak jatuh jet tempur Rusia, NATO berdiri dengan Turki adalah tidak mengherankan. Karena menurut Pasal 5 Pakta Pertahanan Atlantik Utara. Jika ada anggota NATO diserang, anggota lainnya secara otomatis akan bergabung dalam pertempuran tanpa memerlukan izin pemerintah.

Pasal ini menjadi inti dari seluruh sistem NATO dan tidak ada ruang untuk negosiasi.

Pada 30 Nopember, PM Turki Ahmet Davutoglu melakukan kunjungan khusus ke markas NATO, untuk minta jaminan solidaritas NATO. Dalam konferensi pers setelah pertemuan tersebut, dia menekankan sekali lagi penolakan Turki untuk meminta maaf, dengan menunjukkan bahwa Turki menembak jatuh jet tempur Rusia hanya sebagai “langkah pertahanan” dan PM Turki tidak akan meminta maaf untuk hal ini.

Kepercayaan diri Turki yang kuat ini harus dikaitkan dengan kekuatan deterent (efek gentar) dari NATO. Sedang Turki adalah salah satu anggota NATO, setidaknya memiliki jaminan keamanan. Bahkan jika hal semacam ini terjadi, apa yang bisa dilakukan Rusia terhadap Turki?

Rusia tidak akan berani melakukan perang terbuka terhadap Turki, mengingat sebagai anggota NATO, bagaimanapun kan dilindungi NATO, tidak perduli sebagaimana kuatnya militer Rusia, pasti tidkak akan bersedia untuk melakukan konflik langsung dengan NATO. Itu sangat jelas. Sehingga begitu insiden terjadi Turki langsung berkomunikasi dengan NATO.

Hal ini yang membuat presiden Rusia, Vladimir Putin marah, dengan mengatakan: “Turki tidak segera menghubungi saya, tapi malah pergi untuk membahas insiden tersebut dengan mitranya NATO, seolah-olah itu adalah Rusia yang menembak jatuh pesawat mereka, bukannya Turki yang menembak jatuh pesawat kita.”   Sehingga menghendaki permusuhan Rusia ditujukan ke NATO.


Pada 1 Desember, ketika Wakil Tetap Rusia untuk NATO Alexander Grushko bertemu dengan Wakil Sekretaris Jenderal NATO Alexander Vershow, ia mengatakan bahwa NATO tidak mengungkapkan sikap yang jelas atas ketidak pantasan dari perilaku Turki, karena menjadi politik pelindungan NATO, NATO juga harus bertanggung jawab atas ditembak jatuhnya jet tempur Rusia.

 

Rusia dan Turki hubungan bisa menjadi langsung, refleksi lateral hubungan Rusia dan NATO, pada awalnya tidak siap ketika Turki menembak jatuh jet tempur Rusia, tapi setelah insiden telah terjadi masing-masing pihak pasti akan menggunakan insiden ini untuk mencapai tujuan mereka sendiri. Demikian sebagian analis memberi pendapatnya.

Pada 2 Desember, Sekjen NATO dalam pertemuan Menlu di Brussel bahwa NATO akan meningkatkan pertahanan udara Turki, dan langkah-langkah khusus akan diputuskan dalam beberapa minggu mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun