Mohon tunggu...
Majawati
Majawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Keberagaman itu indah. Mengajari untuk menghargai perbedaan, harmonisasi dan saling melengkapi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Klinik Boneka UKM Malang yang Merambah Nusantara

1 Desember 2018   11:12 Diperbarui: 1 Desember 2018   11:31 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bu Lika dengan aneka karya bonekanya (dok. pribadi)

Jangan pernah meremehkan hobi, karena hobi bisa membawa hoki. Seperti yang terjadi pada Sulikah Handayani atau biasa dipanggil Bu Lika, yang mampu mengorbitkan hobinya menjadi suatu usaha yang berkembang pesat lewat produksi boneka. Ketika lulus SMA, beliau meninggalkan Kepanjen menuju Malang untuk memperbaiki nasib. 

Di Malang Bu Lika bekerja sebagai pramuniaga toko serba ada terbesar kala itu. Gajinya hanya cukup biayai kos, makan dan membayar cicilan sepeda motor. Karenanya hobi membuat souvenir dari pita dan kotak hadiah dimulainya. Hobi ini ia tekuni di saat libur kerja, kemudian dipasarkan di beberapa toko di Kepanjen, saat pulang ke rumah orang tuanya.

Dari pekerjaan sambilan ini, Bu Lika merasa "kaya sejak masih muda", karena sampai dengan akhir bulan, ia tak pernah kehabisan uang meski saat gajian belum tiba. Bu Lika selalu mengikuti trend yang sedang berkembang. Pada event valentine, ia pun memproduksi bunga-bunga mawar yang selalu diburu untuk hadiah. Ia memakai jasa para mahasiswa di sekitar kosnya untuk memasarkan.

Bu Lika di lokasi pembuatan boneka di Kepanjen (dok. pribadi)
Bu Lika di lokasi pembuatan boneka di Kepanjen (dok. pribadi)
Proses Awal Produksi Boneka

Suatu hari, Bu Lika ingin membuat souvenir valentine dengan boneka bear (beruang) kecil. Tetapi harga yang dipatok di toko terasa mahal untuk dijadikan bahan souvenirnya. "Kalau beli mahal, kalau buat kok sepertinya gampang," pikirnya kala itu. Maka ia membeli satu boneka bear, lalu dibedah untuk tahu polanya. Ternyata ia tak bisa mengembalikan seperti semula.

Bu Lika tidak putus asa. Ia pun mencoba menjahit dengan tangan terlebih dahulu, baru kemudian dijahit mesin. Memasukkan dakron kembali dan berhasil balik seperti semula. Senang rasanya, ternyata memang gampang, hanya karena hal baru diperlukan cara untuk mempelajarinya.

Dari situ semangatnya muncul, kebetulan bahan-bahan untuk pembuatan boneka juga tersedia di Malang. Untuk pertama kalinya ia mampu memproduksi 12 boneka bear dengan modal awal Rp 40.000,00. Ternyata besar keuntungan untuk membuat boneka. Dengan cara otodidak, selanjutnya Bu Lika memproduksi boneka bear dengan beberapa ukuran.

Pada tahun 2011, toko serba ada tempatnya bekerja melakukan PHK besar-besaran, Saat itu Bu Lika yang sudah menjabat sebagai Kabag merasa masih ingin tetap bekerja. Beberapa pekerjaan yang dilakoni setelah PHK adalah sebagai sales dan pengajar di lembaga bimbingan belajar. Meskipun demikian aktivitas membuat boneka dan souvenir masih tetap dilakoninya.

Teman-teman sejawat di bimbel membuka wawasannya tentang komputer dan sosial media facebook. Setelah 10 bulan bekerja di bimbel, akhirnya Bu Lika bertekad untuk berdikari dan membesarkan usaha bonekanya. Meskipun untuk itu ia minta bantuan permodalan dari suaminya, Agus Prasetyo. Bahkan terjadi uang belanja terseret untuk beli bahan boneka.

Tantangan membuat bermacam-macam boneka muncul dari pemilik toko yang mengeluh, "Kok nitipnya boneka bear aja, nggak ada yang lain?" Bersamaan dengan itu muncul trend boneka shaun the sheep.

Masih dengan cara yang sama, membeli satu boneka kemudian dibedah dan dicontoh polanya. Permintaan boneka ini benar-benar banjir, sampai pembeli bersedia menungguinya menyelesaikan boneka tersebut. Inilah titik awal munculnya rasa percaya diri Bu Lika, bahwa menekuni produksi boneka akan berprospek kedepannya.

Membuka Jaringan Pemasaran Online

Ketika trend boneka shaun the sheep mereda, maka Bu Lika mulai mencoba membuat berbagai boneka lain yang disukai anak-anak. Ia pun kursus komputer agar bisa membuat pola dengan bantuan komputer. Pada kenyataannya pembuatan pola tidak semudah itu, sampai saat ini Bu Lika masih menggabungkan pembuatan pola secara manual dan komputer secara bersamaan.

Setelah mampu membuat berbagai boneka maka beliau harus punya strategi pemasaran. Mengandalkan penjualan secara konsinyasi dengan menitipkan boneka di toko-toko membuat  cashflow permodalannya tersendat-sendat. Sementara sudah ada biaya operasional yang rutin dan harus menggaji karyawan.

Untuk menyambung permodalan cincin kawin Bu Lika sudah sering masuk keluar pegadaian, belanja bahan dengan kartu kredit sampai mengajukan pinjaman ke bank dilakukan demi kelangsungan usahanya ini.

Boneka-boneka buatan Klinik Boneka sudah jalan-jalan tersebar di berbagai kota di Nusantara (dok. pribadi)
Boneka-boneka buatan Klinik Boneka sudah jalan-jalan tersebar di berbagai kota di Nusantara (dok. pribadi)
Tapi Bu Lika tak kurang akal, beliau berusaha mencari tahu dari teman tentang cara pemasaran yang efektif. "Mereka sudah jualan di beberapa online shop, mempunyai website, dan pesanan bonekanya selalu dalam jumlah banyak, " tuturnya.

Dari sanalah ia mencoba untuk memperkenalkan produk-produknya di sosial media facebook. Belajar cara memposting foto, menambahkan hashtag dan melayani chating para peminat produknya di sosial media. Dari sinilah pangsa pasar bonekanya berkembang. Apalagi sejak tahun 2017 beliau membuka akun instagram @likasouvenir. Pemasaran usahanya makin berkembang luas dan banyak diminati oleh pelanggan.

Pesanan pun berdatangan dalam jumlah banyak secara serentak. Bu Lika juga menerima pesanan custom, dimana pelanggan mengirimkan foto boneka yang diinginkan. Kemudian dibuatkan desain dan contoh satu boneka, serta perjanjian untuk pesanan khusus ini.

Melalui jaringan pemasaran online pangsa pasar Klinik Boneka merambah berbagai wilayah nusantara. Mereka kebanyakan adalah pelanggan reseller yang menjual lagi produk Klinik Boneka di daerahnya.

Kunjungan penulis ke Klinik Boneka untuk melihat proses pembuatannya (dok. pribadi)
Kunjungan penulis ke Klinik Boneka untuk melihat proses pembuatannya (dok. pribadi)
Klinik Boneka UKM yang mempunyai misi berbagi

Tempat kerja Klinik Boneka terkonsentrasi di 2 lokasi, yaitu di Malang dan Kepanjen. Untuk pembuatan rutin berada di Kepanjen, di sana ada 4 tenaga kerja tetap meliputi : tukang potong, tukang jahit dan tukang dacron. Sedangkan di Malang hanya ada proses produksi di saat pesanan sangat banyak, pekerjanya juga tidak tetap. Jangka waktu 1 bulan untuk pesanan custom membuat Bu Lika tidak harus terburu-buru dalam proses produksi.

"Bagaimana ketika mendapat pesanan dalam jumlah besar yang waktu pesannya hampir bersamaan?' tanya saya.

"Oh...... tidak masalah, saya menerapkan pekerja yang bekerja di tempat saya maksimal hanya 1 tahun. Selanjutnya mereka saya bimbing untuk bisa mandiri. Setelah mereka membuka usaha sendiri hubungan kekeluargaan dengan para pekerja itu masih terjalin. Sehingga di saat saya mendapat pesanan banyak, akan saya bagi-bagi dan meminta tolong. Mereka selalu mau membantu saya. Bila masih belum mencukupi saya akan membagi orderan ini dengan rekanan sesama pembuat boneka dan penjahit borongan. Sehingga tepat satu bulan pasti selesai," jelas Bu Lika.

Mengapa pekerjanya diarahkan mandiri? Karena Bu Lika beranggapan bahwa ketrampilan mereka itu sangat istimewa, sayang kalau mereka hanya menjadi pekerja dengan gaji kecil. Mereka dibimbing untuk belajar cara memasarkan dan quality control.

Dukungan Jasa Pengiriman JNE

Layanan JNE dalam menjemput barang-barang pesanan untuk dikirim (dok. pribadi)
Layanan JNE dalam menjemput barang-barang pesanan untuk dikirim (dok. pribadi)

Berjualan secara online jelas tak lepas dari dukungan jasa pengiriman. Mengingat pemesan dari berbagai penjuru tanah air, maka Bu Lika juga bekerja sama dengan jasa pengiriman agar pesanan-pesanan itu bisa sampai ke tangan pemesan dengan baik. JNE adalah salah satu perusahaan jasa kirim yang sangat membantu Bu Lika, apalagi saat ini Klinik Boneka sudah menjadi salah satu pelanggan VIP.

Beliau sangat terbantu dengan layanan JNE, yang bersedia jemput kiriman, tarifnya ekonomis dan menagih biaya kiriman secara bulanan, serta tidak dikenakan batasan volume.

"Saya dulunya juga tidak tahu, bagaimana menjadi pelanggan VIP, sampai harus ngantre di counter. Tetapi mungkin karena saya selalu rutin kirim barang dalam jumlah besar, kemudian saya didatangi sales JNE Malang. Yang saya sukai dari JNE adalah ketika memberikan tagihan bulanan selalu ada  lampiran rinciannya. Itu sangat membantu saya untuk bisa crosscheck."

Kendala pengiriman barang sampai luar pulau, juga tak begitu berarti, "Saya kalau kirim kan dikarungi, pernah terjadi sesampai di Pontianak, karungnya ada yang rusak, sehingga ada 4 boneka yang kotor. Ya, saya minta pembelinya retur lalu saya ganti. Tidak berartilah untuk pesanan sebanyak itu. Itupun sangat jarang sekali."

Kemudahan lain yang dirasakan membantu adalah Sales JNE Malang bersedia memberitahu tentang tracking barang yang sedang dikirim ketika ada pertanyaan dari pelanggan karena pesanannya belum datang, sehingga Bu Lika tak perlu repot-repot ngecek sendiri.

Layanan JNE untuk mengirimkan bahan baku pembuatan boneka lewat JTR (dok. pribadi)
Layanan JNE untuk mengirimkan bahan baku pembuatan boneka lewat JTR (dok. pribadi)
Apa Kunci Kesuksesan Klinik Boneka ?

Klinik boneka telah berkembang menjadi usaha yang maju dan berkembang, tentunya berimbas juga pada peningkatan kesejahteraan kehidupan keluarga Bu Lika. Walaupun bermodal awal Rp 200.000,00, saat ini omzetnya menggelembung hingga puluhan juta rupiah. Penjualan online juga membuat Bu Lika terbebas dari pinjaman perbankan, kartu kredit, dan pegadaian karena cashflow usahanya menjadi lancar. Pemesan selalu bayar di depan.

Ketika saya menemui Bu Lika di Kepanjen, melihat aktivitas para pekerja yang sedang memproduksi boneka serta hasil karyanya yang terpajang. Saya kagum dengan perjuangan Bu Lika dapat berkembang sampai sejauh ini. Sebagai UKM, jalan penuh liku pasti sudah dijalaninya. "Apa kunci kesuksesan Kibo?" tanya saya. 

Bu Lika menjawab, "Saya konsisten!" Kemudian tangisnya pecah dalam isakan,"Saya dulu sering dihina orang karena miskin, karenanya saya harus kaya, harus keluar dari desa sini!" Suaranya bergetar dan air matanya berlinang. Beliau teringat masa lalunya yang pahit.

"Dulu untuk masuk SMA, ayah saya sampai harus jual sapi. Karenanya setelah lulus, saya bekerja di Malang, saya bertekad harus bisa "menjajah" Malang. Maksudnya dapat mempekerjakan orang-orang di situ," terangnya.

Rupanya kenyataan pahit yang pernah dialaminya justru menjadi lecutan untuk bisa terus berusaha dan belajar meraih prestasi seperti sekarang ini. Perkembangan Klinik Boneka miliknya tak lepas dari upaya-upaya kreatif, inovatif dan terus belajar yang dilakukannya.

Bu Lika juga selalu terbuka dengan pembinaan Dinas Perindustrian di Malang, mengikuti trend yang sedang berkembang sehingga boneka-boneka produksinya dapat diterima pasar yang luas. Ketrampilan yang dimilikinya selalu diasah untuk bisa menghasilkan produk-produk yang berkualitas, seperti bahan-bahan boneka buatannya menggunakan kain-kain kualitas impor, pemasangan handtag Kibo di setiap boneka agar nampak lux.

Penambahan aksen bordir makin mempermanis penampilan kreasinya. Saat ini produk yang dibuat, meliputi boneka yang sedang trend, bantal, boneka untuk souvenir, sajadah 3 dimensi dan lain-lain hingga mencapai 700 produk. Selain pemasaran online produknya juga dijual di toko oleh-oleh dan berbagai hotel.

Kesuksesan Bu Lika tak lepas dari dukungan suaminya, Agus Prasetyo, yang tak segan turun tangan membantu. Masih panjang jalan yang terbentang, peminat boneka selalu ada dari generasi ke generasi. Sukses selalu untuk Bu Lika, semoga cita-cita untuk dapat mendirikan pabrik tercapai, ya Bu!


Oleh : Majawati Oen

 Catatan  :  Sebagian  foto  pada  artikel  ini  diambil  dari  sosial  media  narasumber.  Penggunaannya  sudah  seizin  narasumber.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun