Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Generasi Topping Merambah Desa: Sinyal Kemajuan atau Bahaya?

6 Maret 2024   17:03 Diperbarui: 14 Maret 2024   09:07 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pxfuel/forbes/kompas.com

Wacana pemerintah yang akan mewajibkan kecepatan internet tetap (fixed broadband) paling lambat 100 Mbps, sebenarnya tidak secara signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan generasi topping. Tetapi internet cepat bisa menjadi salah satu faktor pendukung bertumbuhnya  generasi topping dari sisi infrastruktur.

Daya tarik di generasi topping sesungguhnya terdapat pada berbagai platform digital atau platform media sosial yang menawarkan monetisasi atau kemampuannya dalam menciptakan popularitas secara instan bagi generasi yang aktif di dalamnya. Oleh karena itulah, pertumbuhan generasi topping terus meningkat. 

Tetapi di luar kedua daya tarik itu, media internet yang menjadi tempat berpijak bagi generasi topping mempunyai satu daya tarik luar biasa yang bersifat magnet, yakni ilusi digital magnetis. Sebuah ilusi yang diciptakan atau tercipta dengan sendirinya di dalam interaksi yang terjadi di jagat internet, dan mampu membuat seluruh manusia di permukaan bumi tersedot ke dalamnya serta menjadi bagian di dalamnya. Tentang apa itu ilusi digital magnetis akan dibahas pada artikel lain.

Kembali pada pertumbuhan generasi topping, berdasar data yang dikutip dari statista.com per Januari 2023, Indonesia berada di urutan keempat sebagai negara dengan populasi digital terbesar di dunia setelah China, India, Amerika (United States). Dalam data tersebut tercatat, populasi digital negara China berada di angka 1,05 miliar, India di angka 692 juta, Amerika (Unites States) di angka 311.3 juta, dan Indonesia di angka 212.9 juta. 

Jika dibandingkan jumlah penduduk terbanyak di dunia berdasar data dari databoks.katadata.co.id di tahun yang sama, jumlah penduduk negara India berada di angka 1.43 miliar jiwa, jumlah penduduk negara China di angka 1.42 miliar jiwa, jumlah penduduk negara Amerika (United States) di angka 340.13 juta jiwa dan negara Indonesia di angka 277.7 juta jiwa. 

Dengan perbandingan data populasi digital terbesar dan jumlah penduduk terbanyak, didapat data sekira 48.5% untuk pengguna internet di negara India, 74% pengguna internet di negara China, 77% pengguna internet di negara Indonesia, dan 91.5% pengguna internet di negara Amerika (United States). Artinya, Indonesia ada di urutan kedua sebagai negara dengan jumlah pengguna internet tertinggi di dunia setelah negara Amerika (Unites States).

Sebagai pengguna internet kedua tertinggi di dunia, Indonesia berpotensi menjadi negara dengan generasi topping teraktif di dunia. Lalu sebagai generasi topping teraktif di dunia, dengan meluasnya jangkauan sarana dan prasarana yang mendukung penggunaan internet hingga ke pelosok desa, maka generasi topping mulai merambah ke desa-desa.

Pertanyaannya, ketika generasi topping mulai merambah desa apakah hal tersebut menjadi sinyal kemajuan sebuah desa atau malah justru menjadi sinyal bahaya?

Internet dengan segala inovasi teknologi dan daya dukungnya sering disebut sebagai pisau bermata dua. Selain bisa memberikan kemudahan terhadap berbagai aktivitas, jadi sumber informasi, bisa menciptakan popularitas dan menawarkan beragam keuntungan ekonomi, keberadaannya sekaligus dapat menjadi sumber bahaya. 

Beberapa tahun lalu sempat mengemuka tagar "Om Telolet Om", suatu fenomena ketika anak-anak maupun remaja baik di kota sampai ke pelosok-pelosok jalan desa turun ke tepi-tepi jalan untuk meminta supir bus membunyikan klakson bus yang sudah dimodifikasi menjadi sebuah irama. Fenomena tersebut masuk ke ruang internet ke berbagai platform digital dan flatform media sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun