Mohon tunggu...
Maimai Bee
Maimai Bee Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Hai. Saya Maimai Bee, senang bisa bergabung di Kompasiana. Saya seorang ibu rumah tangga yang mempunyai tiga orang putra. Di sela waktu luang, saya senang membaca dan menulis. Salam kenal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jendela yang Pecah (Bagian 2)

22 November 2022   18:50 Diperbarui: 22 November 2022   18:56 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pak---saya, Pak. Saya---saya yang punya bola itu," kata Timo tergagap. Ia buru-buru maju mendekati pintu rumah hijau itu. Ia takut bolanya tidak dikembalikan.

"Itu bola saya. Tolong jangan ditahan, Pak," pinta Timo gugup. Ia menatap penuh harap.

"Akhirnya ada juga yang mengaku," kata Pak Kumis sambil menjepit bola di pinggang kiri. Ia berjalan mendekati Timo dan menatap kesal.

"Kamu tahu akibat perbuatanmu? Kamu lihat jendela saya pecah." Pak kumis memarahi Timo dengan nada tinggi.

"Maaf, Pak. Tapi bukan saya yang membuatnya, Pak," jawab Timo pelan. Ia takut bapak itu semakin marah. Namun, ia juga tidak terima dituduh memecahkan kaca jendela.

Farid masih tertunduk. Ia melirik ke arah teman-teman yang lain, tidak ada yang berani mengeluarkan suara. Dirinya semakin merasa bersalah mendengar Timo dimarahi. Temannya itu sama sekali tidak mengadu. Padahal Timo tahu ia yang menendang bola itu tadi.

Pak Kumis mendengkus. "Mau mengelak juga kamu? Sudah jelas jendela saya pecah. Lihat kacanya berserakan di lantai. Kamu bilang bukan kamu yang bikin? Padahal kamu sudah mengaku sebagai pemilik bola ini." Ia mengomel sambil menunjuk-nunjuk ke muka Timo. "Kamu mau saya laporkan ke Pak RT?"

Timo tidak menjawab. Ia memandang ujung jempol kakinya yang penuh debu.

Farid tak tega melihat temannya. Ia menguatkan diri. "Maaf, Pak. Timo tidak salah. Saya yang salah, Pak," katanya pelan. "Saya tidak sengaja menendang bola ke jendela bapak. Maaf---maafkan saya, Pak."

Setelah mengatakan itu, Farid tertunduk. Ia tak mampu melihat wajah pemilik rumah itu.

"Hm, benar begitu?" tanya Pak Kumis pada Timo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun