Mohon tunggu...
Maimai Bee
Maimai Bee Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Hai. Saya Maimai Bee, senang bisa bergabung di Kompasiana. Saya seorang ibu rumah tangga yang mempunyai tiga orang putra. Di sela waktu luang, saya senang membaca dan menulis. Salam kenal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jendela yang Pecah (Bagian 2)

22 November 2022   18:50 Diperbarui: 22 November 2022   18:56 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bola siapa ini?" tanya bapak tua itu garang. Kumisnya yang putih dan tebal membuatnya tampak bengis.Timo bergidik. Hatinya cemas melihat bola itu. Bagaimana bila bolanya tidak dikembalikan? Bola itu baru sekali ini dipakai, sayang sekali. Ia ingin meminta, tapi takut. Rasanya ingin menangis, tetapi ia malu.

"Saya tanya sekali lagi. Siapa yang punya bola ini?" tegas Pak Kumis dengan suara menggelegar. Matanya membelalak lebar.

Farid merasa bersalah. Ia tidak enak bila bola Timo diambil akibat perbuatannya. Namun, ia juga takut. Bagaimana bila bapak pemarah itu meminta ganti kaca jendela? Ia tidak punya uang. Lalu kalau bapak itu melapor ke polisi, ia bisa dipenjara. Ayahnya pasti akan marah besar.

Aduh, apa yang harus dilakukannya?

Malik menyikut lengan Timo. "Bagaimana ini, Tim?" bisiknya pelan.

Timo tidak menyahut. Ia masih menunduk gemetar.

"Kalau tidak ada juga yang mengaku, bola ini saya tahan." Pak Kumis menatap anak-anak yang berdiri di pinggir jalan. Semua tertunduk, tidak ada yang berani menatapnya.

"Satu ...." Ia mulai menghitung.

Timo dan teman-temannya bergeming.

"Dua ...."

"Ti--- ."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun