Mohon tunggu...
Maimai Bee
Maimai Bee Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Hai. Saya Maimai Bee, senang bisa bergabung di Kompasiana. Saya seorang ibu rumah tangga yang mempunyai tiga orang putra. Di sela waktu luang, saya senang membaca dan menulis. Salam kenal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mati Suri (bagian 3)

3 November 2022   11:43 Diperbarui: 3 November 2022   11:52 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image pexels-t-nguyn

Aku berdiri dan berjalan di samping Finn yang menuntun kuda. Kami berjalan bermil-mil. Telapak kakiku terasa sakit, tapi kutahan. Aku tak ingin menyusahkan Finn yang telah membawaku.Kami tiba di pinggir sungai yang berwarna madu. Finn mengikat kudanya dan memberikan waterskinnya padaku. "Minumlah, kau terlihat lelah."

"Air sungai itu terlihat lezat," ucapku menampik.

Finn menggeleng. "Itu sungai keabadian. Kau tidak boleh meminumnya. Hanya orang yang sudah benar-benar mati boleh meminumnya."

"Bukankah aku sudah mati?" tanyaku berkeras.

"Kau belum melewati tahap penghakiman. Jiwamu masih bisa bersatu dengan ragamu bila hakim menolak kedatanganmu. Lagi pula, namamu tidak ada di daftar penjemputan."

Aku tertunduk. "Apakah kau juga dahulu begitu, Finn?"

Pria itu mengangguk seraya duduk di tunggul. Dibiarkannya kuda itu minum bebas di pinggir sungai.

"Aku dulu keras kepala. Aku tak mengindahkan peringatan itu dan meminum air sungai madu. Rasanya memang lezat. Lalu saat jiwaku ditolak hakim, aku tidak bisa kembali ke tubuhku. Aku terlunta-lunta. Tuan Hakim lalu menawarkanku menjadi penjemput jiwa. Kupikir itu lebih baik dari pada gentayangan tak menentu."

Aku mengangguk. "Terima kasih sudah menjagaku, Finn."

Pria itu tak menyahut dan melepaskan alas kakinya. Ia menunjuk ke arah kakiku. "Kau pakai ini, telapak kakimu sudah penuh luka," ujarnya menyorongkan sandal talinya.

"Tapi--- kau akan memakai apa?" tanyaku tak tega.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun