Mohon tunggu...
Maik Zambeck
Maik Zambeck Mohon Tunggu... corat coret

semoga menjadi orang yang sadar sesadar-sadarnya

Selanjutnya

Tutup

Roman

Salju di Pantai Padang (46-50)

27 September 2025   21:26 Diperbarui: 27 September 2025   21:26 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua saling berpandangan bingung, namun karena segan bercampur malu terhadap PD III yang telah menjamu mereka dengan Nasi Padang, akhirnya menjawab. "Iya, Pak." Acarapun berakhir dengan PD III meninggalkan ruangan terlebih dahulu. KONYOL.

***

Bab IV
Skandal di Harlely School


Penyakit orang yang setia itu cuma satu yaitu selalu dikhianati. Meski oleh orang yang sama. Bagi orang yang setia dia lebih baik menunggu sampai dia benar-benar ditinggalkan dari pada meninggalkan.
Periode masa jabatan Amir sebagai ketua HIMA berakhir, begitu juga Tomi yang sebagai ketua FSI pun berakhir. Amir tidak mempunyai jabatan apapun sekarang di kampusnya, dia hanya perlu fokus pada penelitian dan mengais rezeki untuk mencukupi kebutuhannya. Sedangkan Tomi sudah dipromosikan dan menjabat sebagai ketua Tink Tank organisasi keagamaan mahasiswa tingkat Fakultas. Bagi Tomi yang selalu demam panggung, menjadi ketua tink tank tingkat Fakultas itu kurang menarik karena selalu bermain di belakang layar atas setiap kejadian-kejadian kemahasiswaan yang ada di Fakultas.
Berbekal pengalaman berorganisasi di FSI sampai menapak jabatan ketua, Tomi berinisiatif merangkul orang-orang seperjuangannya yang berkuliah di Unand dari Lubuk Linggau, membentuk organisasi luar kampus, Forsiluli. Untuk itu dia memerlukan semacam kesekretariatan merangkap tempat tinggal yang nanti di sebut Wisma, sebagaimana yang ia dan Amir pernah buat untuk melancarkan kegiatan di Fakultas sekaligus mengkader junior-junior sebagai penerus estafet perjuangan di Fakultas. Meski Wisma Tegar, tidak begitu sukses mengkader juniornya menjadi kader yang tangguh sebagaimana yang diharapkan, namun Wisma Tegar tempat dimana Tomi dan Amir tinggal telah berhasil menyambung nafas anggotanya yang tersengal-sengal tiap tengah bulan dengan menjadikan Yayan salah satu anggotanya yang berkecukupan sebagai sapi perah, tidak terkecuali buat Tomi dan Amir sendiri.
Lama kelamaan kharisma Wisma Tegar memudar dengan sudah tidak menjabatnya Amir dan Tomi di Fakultas. Satu persatu anggotanya mengundurkan diri memilih wisma lain atau indekost seperti mahasiswa lain
pada umumnya. Bagi Tomi Forsiluli adalah jalan keluarnya. Buat Amir, dia hanya menunggu sampai masa kontrakan rumah yang dijadikan wisma itu berakhir.
Tidak terlalu buruk bagi Amir, sebab masa-masa itu adalah waktu tersibuk baginya mengajar di Harlely Scholl juga melakukan penelitian di kampus. Di tempat Tante Lely, Amir sudah mulai mendapat kepercayaan mengajar anak SMA. Bukan apa-apa, itu dikarenakan jadwal kuliah Mansur yang padat tiap paginya, sedang Ajay juga sama. Tidak ada pilihan lain, Buk Lely mengambil keputusan bahwa Amir lah yang akan mengajar anak itu. Buk Lely sudah cukup memantau Amir dalam beberapa waktu berjalan, dia menilai Amir sudah bisa dipercayakan sesuatu yang lebih dari biasanya meski Buk Lely masih sedikit was- was. Anak murid ini bernama Faldo Maldini, anak berprestasi kepercayaan orang tuanya. Kata Buk Lely dia pernah belajar di Harlely school ini waktu masih kecil. Saking selektif orang tuanya akan pendidikan anak. Faldo selalu di sekolahkan di sekolah favorit, bimbingan belajar punya Buk Lely waktu itu tidak dapat mengimbangi kecepatan berfikir anaknya hingga akhirnya ia di les kan secara privat pada guru favorit yang lebih berkompeten. Belakangan orang tuanya mendengar perkembangan tempat belajar asuhan Buk Lely dan jumlah siswanya yang terus bertambah. Gurunya pun bukan orang yang sembarangan, sudah terlatih dan berpengalaman, mungkin yang dimaksudnya itu adalah Mansur. Tapi, sayangnya Faldo hanya memiliki waktu luang di pagi hari sebelum dia masuk ke sekolah.
Hari pertama saat akan mengajar Faldo, Buk Lely sudah mengingatkan Amir bahwa Faldo itu begini lah atau begitulah. Amir hanya mendengarkan seperti bagaimana biasanya, karena terkadang Buk Lely saking gusarnya membesar- besarkan masalah seperti masalah itu tidak akan pernah terselesaikan.
Amir sudah berpakaian rapi, dengan seragam yang dibelikan Buk Lely yang belakangan baru kepikiran untuk mengangkat wibawa tepat bimbingan belajarnya yang juga ia berikan kepada guru-guru yang lainnya.
Jam delapan tepat, sebuah mobil berhenti di jalan sempit di depan rumah Buk Lely, beberapa saat kemudian masuk seorang anak muda tinggi kurus berpakaian seragam SMA dengan kulit sawo matang agak terang, rambut keriting kecil-kecil berhidung mancung dan mata sedikit cekung, bermuka serius terkesan sangat tekun belajar. Amir menelan air ludahnya, jakun-jakunnya naik turun, menoleh ke Buk Lely yang duduk disebelahnya yang sudah memperhatikan Faldo dengan seksama. Amir berfikir, ternyata benar apa-apa yang diperingatkan Buk Lely tadi.
"Eh... Faldo apa kabar, sudah lama tidak ke tempat tante.. Gimana sudah siap mau belajar? Sekarang pelajaran Fisika, ya?! Iya ini teachernya sudah menunggu lho."
Buk Lely memborong momen percakapannya dengan Faldo tidak memberi celah anak ini untuk menjawab. Amir tahu Buk Lely akan begitu saat kepercayaan dirinya belum terkumpul sepenuhnya, dan alasan kurangnya kepercayaan diri itu adalah Amir.
Buk Lely memberi isyarat ke Amir untuk megambil tempat yang telah di sediakan, sedang Buk Lely sendiri membimbing tangan Faldo untuk duduk di bangkunya. Dengan melanjutkan basa basinya Buk Lely berkata kepada Amir,
"Ini teacher..., namanya Faldo kelas satu SMA, dia akan belajar dengan kita. Faldo hanya mengalami kesulitan dalam mata pelajaran Fisika, dan tepat sekali ini teachernya memiliki latar belakang pendidikan Fisika. Sudah bisa mulai belajar. Tante Lely tinggal ya..!
Buk Lely berlalu, yang sebenarnya dia hanya meninggalkan beberapa langkah Amir dan Faldo dari tempatnya. Dari mejanya Buk Lelt memperhatikan Amir dengan risau. Sedang Amir memulai sesinya dengan Faldo.
"Selamat Pagi Faldo, nama saya Amir salah seorang teacher di sini, spesialisasi saya adalah Fisika. Baik mari kita mulai.. bisa buka bukunya?! Ada pr atau tugas?"
Ini adalah momen yang menegangkan, Amir tidak pernah tahu pelajaran apa yang dipelajari Faldo di sekolahnya, informasi tentang itu pun tak akan diberitahu Buk Lely, karena Buk Lely sendiri tidak pernah tahu apa detail pelajaran yang anak murid tingkat lanjut pelajari. Amir hanya pasrah lemas, berharap mata pelajaran yang dibuka Faldo dalam bukunya adalah apa yang dia kuasai.
"Ini, Kak mata pelajaran gelombang, kita di sekolah sudah belajar sampai disini. Tapi saya masih belum mengerti."
"Waduh.. syukur", kata Amir dalam hati, karena pelajaran gelombang adalah apa yang dia dalami saat ini terlebih untuk penelitiannya.
"Jadi yang ini.. mau diterangkan ya..?!" Kata Amir yang mulai mengeraskan suaranya, mulai menampakkan wibawanya.
Buk Lely dari kejauhan yang beberapa langkah itu masih mengerut- ngerutkan keningya, sesekali memiringkan kepalanya ke kiri atau ke kanan. Dia meremas-remas jarinya sendiri di atas meja kerjanya. Dia sudah tidak bisa mendengar suara Amir, karena Amir sekarang sudah bisa mengatur tonasi suaranya kapan harus keras, kapan harus lemah. Untuk murid yang hampir dewasa seperti Faldo, mereka akan nyaman belajar jika gurunya bersikap seperti sahabatnya sendiri, jadi Amir tak perlu bersuara keras.
Satu jam bersama Faldo telah berlalu, Amir tidak mersakan kesulitan yang berarti dia hanya seperti sedang mengulang-ulang materi penelitiannya di kampus. Faldo pun sibuk mengerjakan tugas yang diberikan Amir. Sampai akhirnya waktunya habis, Faldo berpamitan kepada Amir untuk menghadap ke Buk Lely. Buk Lely dengan wajah penuh selidik menatap Faldo dalam-dalam, sedang Faldo tersenyum padanya.
"Bagaimana Faldo, ada mengerti belajar sama teacher itu?" "Ngerti tante Lely."
Jawaban singkat dan padat, diselingi dengan senyuman membuat Buk Lely

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun