Mohon tunggu...
Mahyu Annafi
Mahyu Annafi Mohon Tunggu... Guru Ngaji

Hamba yang sedang belajar menulis, suka membaca dan menelaah berbagai pemikiran. Saya condong menulis ke dunia pendidikan, mental, politik dan isu sosial. Angkatan ke 38 di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) di Serang.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Begini Mukmin Budeg di Bulan Ramadan Kata Kiai Zaenuddin MZ

7 Maret 2025   01:44 Diperbarui: 7 Maret 2025   01:51 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya kadang heran sama orang yang sudah cukup umur, cukup pikiran tapi tidak melaksanakan puasa. Tanpa alasan yang dibenarkan hukum agama. Heran saya, kenapa kok tidak puasa, bukannya mereka tahu hukumnya dan tahu keistimewaan puasa. 

Terlebih kadang, yang tidak puasa itu bukan lagi remaja. Bisa dikatakan tua, tapi anehnya tanpa malu-malu merokok di depan saudaranya yang puasa. Giliran diingatkan, bukannya merasa bersalah, kadang dia yang melotot dan ngotot paling benar.

Tidak ada urusan sih kalau makannya di tempat tertutup, karena itu hak dia untuk taat atau maksiat. Masalahnya, kalau makan atau minum di tempat terbuka maka secara etis ada nilai yang dia coreng. Nilai sosial yang seharusnya dijaga dan satu sama saling jaga demi kenyamanan bersama.

Lagian kalau diperhatikan, mereka yang tidak puasa itu paling banter minum, makan atau makan  gorengan, merokok. Harganya pun di atas rata-rata. Tidak seluasa seperti biasa. Apa susahnya "tunda dulu" makannya sampai nanti azan berkumandang. Lucunya, di depan keluarganya mengaku masih puasa. Meski bibirnya basah bekas minum siang.

Melihat orang begini tuh bingung, mau meluruskan dia sudah tahu dan mau diam juga risi. Bagaimana tidak risi, usianya tidak lagi muda, lahir di rahim muslimat. Bagaimana kalau sampai ditiru oleh anak dan remaja di bawahnya, betapa nanti jadi tontonan yang memekakkan rasa.

Namun ada hal unik ketika allahu yarham Kiai Zaenuddin dalam ceramahnya, bahwa kata beliau ramadan itu bulan istimewa. Kenapa istimewa, karena diwajibkan khusus bagi orang beriman. Kenapa begitu? Karena di ayat yang memerintahkan puasa di surat al-baqarah ayat 185 yang dipanggil adalah orang beriman. 

Lantas bagaimana muslim yang tidak puasa tanpa uzur syar'i? Kalau kata beliau orang seperti itu orang budeg. Itu seperti, di depan rumah kita ada pedagang pepaya, pedagang durian, dan pedagang rambutan lewat. Nah, kita ingin membeli pepaya maka kita panggil pedagang pepaya. Kira-kira kalau dipanggil pedagang pepaya, bakal berhenti gak? Pasti berhenti.

Terus, bagaimana pedagang yang lain, apakah akan berhenti? Tentu saja tidak, karena tidak dipanggil. Terus bagaimana kalau pedagang pepaya yang dipanggil itu tidak berhenti saat dipanggil, maka kita akan berkomentar, "Wah, budeg tuh pedagang!" Begitupula mereka yang di bulan ramadan tidak puasa, seorang mukim lagi tanpa ada uzur pula. Jelas sudah dipanggil disuruh puasa oleh Allah, eh nakal tetap tidak puasa, maka orang begini adalah orang budeg.

Tentu saja, sindiran beliau ini harus jadi autokritik kita dalam beragama. Aturan agama jelas seharusnya menjadi perhatian kita. Ketika sesuatu jelas diperintahkan maka yang bisa lakukan adalah berusaha melaksanakannya. Kalau tidak mampu, ya ikuti aturannya juga. Jangan sok jago dan petengteng-petengteng, giliran nanti tidak punya daya baru nangis bombay. Gak punya malu! (**)

Pandeglang, 7 Maret 2025   1.39   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun