Mohon tunggu...
Mahyuddin K. M. Nasution
Mahyuddin K. M. Nasution Mohon Tunggu... Dosen USU -

Mahyuddin (K. M. Nasution) dilahirkan di desa Teluk Pulai Dalam, Kabupaten Labuhan Batu Propinsi Sumatera Utara. Bekerja sebagai Dosen di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, bidang: Matematika, Komputer dan Teknologi Informasi. Pendidikan: Drs. Matematika (USU Medan, 1992); MIT, Komputer dan Teknologi Informasi (UKM Malaysia, 2003); Ph.D bidang Sains Informasi (UKM Malaysia).

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Secangkir Kopi: Topik dan Judul Penelitian

10 November 2013   01:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:22 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1384022264285374834

Secara dasar secangkir kopi (http://edukasi.kompasiana.com/2013/11/03/secangkir-kopi-penelitian-607495.html) hanya akan terdiri dari (ekstrak atau bubuk) kopi dan air. Warna hitam merupakan penanda awal minuman yang disajikan adalah kopi, kemudian dipastikan dengan aroma khusus, serta diperkuat dengan rasa khusus pahitnya. Secara literal kopi akan mewakili semua penanda tersebut, dan kopi menjadi topik pembicaraan walaupun bukan dalam membicakan secangkir kopi seperti yang berlaku pada warung kopi. Seringkali tanpa disadari diskusi dalam warung kopi melantur dari satu topik ke topik lain, demikian juga judul pembicaraan tidak tentu arah, dan karena itu selalu dinyatakan bahwa diskusi di warung kopi diberi topik “kombur”.

Berbeda dengan pembicaraan pada warung kopi, diskusi ilmiah selalu diklasifikasikan ke dalam topik pembicaraan sehingga kumpulan orang yang berbicara atau yang hadir di sana mempunyai pemahaman yang sama tentang topik yang dimaksud, dan walaupun setiap orang yang hadir mungkin membawakan judul yang berbeda dalam pertemuan tersebut.

Judul, tidak seperti pada pembicaraan yang dilakukan oleh pelanggan warung kopi, secara konsep akan mewakili seluruh bagian dari topik yang dibicarakan. Judul adalah identitas awal dari satu dokumen, yang menggambarkan keseluruhan isi dokumen dimaksudkan. Tanpa judul, apa yang dibicarakan akan meluas tanpa arah, jadi judul merupakan sekumpulan perkataan yang menjadi wacana batasan (http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2011/06/09/batu-bata-dan-kata-371636.html) dalam pembicaraan. Dengan kata lain, judul menghubungkan beberapa konsep dan landasan pemikiran sehingga dilahirkan konsep baru yang menjadi latar belakang penelitian, menjembatani kepada permasalahan, dan kemungkinan dilahirkanya model, metode atau penyelesaian (hasil). Oleh karena itu, tidak terkecuali semua dokumen, judul menjadi bagian penting dari dokumen. Pada penelitian, judul mengidentifikasi persoalan yang akan diteliti, karena itu penelitian harus memiliki judul mulai dari proposal, laporan kemajuan sampai kepada laporan hasil.

Judul hampir ada pada setiap dokumen saat ini. Mulai dokumen klasik dalam salinan kertas sampai ke dokumen modern yang ada dalam salinan berkas sistem seperti PDF, DOC, atau Web. Sayangnya, pembicaraan pada warung kopi, walaupun penuh dengan ide, gagasan, dan konsep seperti berlaku pada penelitian tapi disebabkan tidak berjudul dan tidak mempunyai landasan pemikiran (teori), tidaklah dapat dipandang sebagai karya ilmiah. Dengan demikian kekayaan pemikiran individu-individu sosial di Indonesia terus menerus terbuang, tanpa menghasilkan apa-apa, seperti halnya energi matahari yang terbuang secara sia-sia tanpa dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh bangsa ini. Lagi pula, kebanyakan hasil pemikiran yang telah menjadi budaya kehidupan sosial selalu miskin dengan dokumen (tidak dicatatkan), akibatnya kebudayaan ini tidak saja hilang dari generasi berikutnya karena terabaikan, tetapi juga akan diklaim oleh kelompok masyarakat lain yang bukan pencipta budaya ini, seperti tor-tor dan godang sembilan.

Miskinnya dokumen atau judul yang mampu diutarakan oleh individu-individu sosial dan masyarakat Indonesia diperkirakan adalah sebab rendahnya kesadaran, miskinnya rasa tanggungjawab, kurang ilmiahnya kehidupan dan tidak adanya budaya dokumentasi yang melekat kepada setiap individu itu sebagai warga negara.

Mahyuddin K. M. Nasution

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun