Mohon tunggu...
Muhib Chasbulla
Muhib Chasbulla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, suka menulis

Masih kuliah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berhenti Menjadi Pahlawan

11 Januari 2023   13:01 Diperbarui: 11 Januari 2023   13:02 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pahlawan adalah sosok yang selalu dielu-elukan karena jasanya. Setiap orang yang telah berjasa melakukan suatu kebaikan bagi orang banyak dalam bidang apapun layak disebut sebagai pahlawan.

Sayangnya, dalam berbagai kasus, banyak orang yang merasa dirinya pahlawan. Misalnya orang yang meninggalkan sampah di tempat umum yang kemudian merasa berjasa telah memberikan pekerjaan kepada petugas kebersihan. Atau pengawas ujian yang mengizinkan siswa menyontek yang kemudian merasa jasanya paling besar ketika nilai siswanya bagus semua.

Biasanya didasari rasa kasihan, orang-orang akan mengusahakan segalanya untuk membantu orang lain. Ditambah lagi tipikal orang Indonesia yang memang sangat suka menolong, tindakan-tindakan yang sebenarnya salah itu akhirnya memiliki pembenaran.

Alur berpikirnya begini, kita semua sama-sama tahu di Indonesia ini lapangan pekerjaan susah. Oleh karena itu ada banyak orang yang tertarik mengambil pekerjaan sebagai tukang bersih-bersih. Dari sini, orang-orang yang lebih beruntung memiliki pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik lalu menemukan ide yang sangat brilian. "Kenapa kita harus menjaga kebersihan, padahal kalau bersih semua kasihan tukang bersih-bersih kehilangan pekerjaannya," kira-kira seperti itu. Lalu, setelah berhasil membuat tukang bersih-bersih bekerja, orang-orang ini jadi merasa telah menjadi pahlawan yang menyelamatkan mata pencarian orang lain.

Dalam bidang lain pun tidak jauh berbeda. Saya pernah memiliki guru yang mengizinkan siswanya menyontek saat ulangan harian. Padahal ketika beliau diperkenalkan oleh kepala sekolah---beliau memang guru baru---informasi yang ditekankan tentang beliau adalah prestasi di sekolah sebelumnya yang berhasil mengangkat nilai rata-rata siswa. Saya pun merasa bersemangat karena saat itu berpikir cara mengajar beliau pasti menyenangkan sehingga para siswa lebih semangat belajar dan akhirnya terjadi peningkatan nilai. Namun kenyataannya mengecewakan karena ternyata peningkatan nilai yang terjadi berasal dari sistem ulangan harian yang selalu open book. Pernah juga beberapa kali mengizinkan siswa membuka kunci jawaban.

Saya masih ingat setelah pembagian rapot, beberapa teman menganggap beliau adalah pahlawan yang berjasa menaikkan nilai di rapotnya. Dengan sistem penilaian rapot yang juga berasal dari ulangan harian, tentu saja nilai yang ditampilkan di rapot akan menjadi lebih bagus ketika ulangan harian diizinkan membuka kunci jawaban.

Pekerjaan lain yang juga sering dianggap pahlawan adalah calo atau joki. Mereka dianggap menyediakan jalan pintas yang lebih cepat, terutama saat menghadapi birokrasi yang sering berbelit-belit. Tidak seperti petugas kebersihan yang akan tetap eksis apapun yang terjadi, calo bisa dihilangkan dengan cara membuat sistem birokrasi yang sederhana dan tidak berbelit.

Orang Indonesia yang terkenal ramah dan suka tolong menolong ini perlu belajar untuk berhenti menjadi pahlawan. Semua orang harus paham bahwa gaji petugas kebersihan tidak akan ditambah meskipun sampah berserakan. Semakin banyak sampah berserakan juga tidak membuka semakin banyak lapangan pekerjaan. Jumlah petugas kebersihan tetap segitu-segitu saja.

Guru yang terlalu terobsesi dengan nilai bagus dari siswanya juga perlu sadar bahwa tugas mereka bukan hanya menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga menjadi contoh yang baik bagi siswa. Mengizinkan siswa membuka kunci jawaban saat ulangan harian sama saja dengan menyediakan jalan pintas untuk mencapai tujuan. Sedangkan di banner-banner yang tertempel di dinding kelas tertulis "Jujur dan Kerja Keras adalah Kunci Kesuksesan".

Mungkin, Indonesia susah berubah menjadi negara maju karena memiliki banyak "pahlawan".

pexels

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun