Mereka bertiga memang sengaja aku kritik di group WAG, tentang kinerja pengurud. Bukan sok dan angkuh, Aku kritik mereka karena kurang greget gerakannya.
"Apa tugas sekretaris? Harusnya Flyer dan roundown acara telah selesai sebelumnya. Tetapi kenapa menunggu pengurus yang lain bertanya?" Kataku di tengah memanasnya pembicaraan di pertemuan.
"Tidak terlambat kok menurut saya" Jawab Bu Nyai yang sedari awal pertemuan selalu menyanggah omonganku.
Dengan sedikit senyum dan tetap tenang aku ladeni omongan mereka. Tentu aku berbuat demikian karena aku tahu ada kelalaian dalam tugas pengurus.
Uang lelah pengurus tidak ku terima, justru aku balikkan ke ketua. Tak sepantasnya menurutku, kita menerima uang yang tidak semestinya. Karena kegiatan tersebut bentuknya sosial.
"Mohon maaf sebelumnya, ini saya terima namun saya kembalikan ke ketua untuk pemasukan uang kas kita" ujarku di awal pertemuan.
"Ambil saja Pak, memang sebelumnya tidak ada uang lelah seperti ini" Jelas Bu Nyai padaku.
Aku tetap menolaknya.
Malam kian larut, kembali kata-kata motivasi yang pernah ku baca terngiang kembali. Menyadarkan diri yang lemah ini untuk terus meng evaluasi, intropeksi diri. Tidak semua yang ku anggap benar, di mata orang lain juga benar. Perbedaan sebuah keniscayaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI