Mohon tunggu...
Mahmudin Bm
Mahmudin Bm Mohon Tunggu... Freelancer - Ayah dari dua anak

Menulis, membaca, olahraga, MC dan mendongeng

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri

27 Oktober 2022   17:00 Diperbarui: 27 Oktober 2022   16:59 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rintik-rintik malam itu membuat tambah sepi penghuni Villa, mereka hanya diam di kamar. Kadang  main game, main hp sambil tidur-tiduran dan nonton TV sambil ngemil. Sekamar di huni dua orang, mereka masih satu kampus yang sama.

Setiap pekan kami memang sering nginap di Villa milik orang tua teman kampus. Tempatnya bagus dan asri, itulah yang membuat kami merasa kerasan nginap di sana tanpa rasa bosan.

Baca juga: Tertunda

Halamannya luas, didepan ada taman juga bungalow kecil. Sementara di belakang ada kolam renang yang cukup luas. Pohon rambutan, mangga dan pisang ketika lagi berbuah menarik untuk di petik.  

Tiba-tiba perutku mules, ku lirik jam dinding pukul 01.30 dini hari. Temanku satu kamar terlelap dengan nyenyak, ku coba menggoyang-goyangkan tubuhnya tetap tak bangun.

" Gus, Agus bangun Gus" kata ku pelan

Baca juga: Lupa

Mataku ke arah pintu lalu ku goyangkan kembali tubuh temanku, tetap saja tak bergeming.

Dengan sedikit kesal dan menggerutu dalam hati, ku paksa bangkit dari tempat tidur.

Aku ragu untuk keluar kamar, teringat cerita mang Dadan penjaga Villa. Jangan keluar kamar sendirian bila dini hari karena ada Mahluk tak kasat mata suka iseng menggoda. Seperti bulan sebelumnya, penyewa kamar Villa dibuat pingsan akibat ulah Mahluk Gholib penghuni tempat tersebut. Sosok penampakan berwajah seram, tinggi hitam, bergigi seperti pisang tanduk dan mata yang merah. Bila teringat itu kadang aku jadi takut sendirian. Aku bimbang, mau keluar kamar ngeri. Mau diam di kamar perut makin mules. Keringat dingin aku menahannya.

Rasa mules kian menjadi, tak mampu kupertahankan. Beranikan diri kubuka pintu kamar. Diluar kamar sepi, hanya detak jam dinding terdengar. Toilet ada di paling belakang ujung sebelum ruang makan, bersebelahan dengan gudang tua. Aku berjalan sedikit berlari, menoleh kanan kiri. Tepat di depan gudang tua kudengar suara benda diketuk-ketuk dari dalam gudang. Ketika berhenti, suara itu ikut berhenti. Ku berjalan, suara itu terdengar kembali. Bulu kudukku merinding, segera kupercepat langkah ke toilet.

Baca juga: Akhir Sebuah Cerita

Matahari pagi bersinar cerah, burung-burung bersahutan. Angin sejuk menerpa wajah seorang laki-laki yang tertidur diatas pusara area pemakaman. Menggeliat ia terbangun, seperti kebingungan menoleh ke kiri dan ke kanan. Tanpa berpikir panjang, dengan langkah sempoyongan bergegas keluar dari pemakaman tua. Ah, kenapa bisa aku sampai tertidur di pemakaman tua ini?? Aneh , pikirku dalam hati sambil terus berjalan pulang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun