Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Persaudaraan

16 April 2022   20:29 Diperbarui: 16 April 2022   20:30 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kitab Shahih Bukhari (muslim.or.id)

Ramadan hari keempat belas. Hari ini kita melanjutkan pembahasan Kitab Shahih Bukhari. Berikut teks haditsnya:

Dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Tidaklah beriman seseorang dari kalian sehingga dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri." (HR. al-Bukhari : 12).

Hadits ini diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik RA yang masyhur disebut khodimun nabi, pelayan Nabi SAW. Sahabat Anas ini sejak masuk Islam diserahkan oleh Ibunya untuk berkhidmah kepada Nabi SAW.

Khidmah ini menjadi kunci keberkahan untuknya. Oleh karenanya, banyak hadits yang diriwayatkannya. 

Dalam kandungan hadits ini dikatakan bahwa tidak sempurna iman seseorang sampai seseorang itu mencintai hal apa saja seperti halnya ia mencintai untuk dirinya sendiri. Membenci hal apa saja seperti halnya ia membenci untuk dirinya sendiri.


Makna di sisi lain, jangan melakukan, hal-hal yang kita tidak suka, kepada orang lain. Sebaliknya, lakukanlah sesuatu kepada orang lain, seperti sesuatu yang kita suka.

Contoh, jika kita tidak suka dibicarakan jelek, maka jangan kita membicarakan jelek orang lain. Jika kita suka dibantu orang lain, maka kita harus suka juga membantu orang lain.

Hal ini bisa juga dimaknai bahwa kita dianjurkan untuk menguatkan ukhuwah atau persaudaraan. 

Persaudaraan yang diajarkan Islam bukan hanya persaudaraan sesama muslim, tetapi juga persaudaraan sesama manusia, ukhuwah basyariyah.

Dalam Al-Quran, manusia biasa disebut dengan sebutan Bani Adam, artinya keturunan Adam. Hal ini adalah sesuatu yang mulia (QS Al-Isra: 70).

Dikisahkan dalam suatu riwayat bahwa makhluk Allah SWT selain manusia mengadu kepada Allah SWT. Langit mengadu, "Ya Allah, izinkan aku meruntuhi manusia, karena mereka durhaka " Bumi mengadu, "Ya Allah izinkan aku menelan manusia, karena mereka tidak bersyukur." 

Jawaban Allah SWT, "Diam kalian semua, sekiranya kalian yang menciptakan manusia, kalian tidak akan tega melakukan itu." 

Hal ini menunjukkan betapa besarnya kasih sayang Allah SWT kepada manusia.

Inilah mengapa hadits ini menuntun kita untuk saling menyayangi, saling mengasihi. 

Meskipun terkadang terjadi perbedaan diantara kita sesama manusia, itu adalah fitrah yang perlu kita syukuri.

Dalam hidup, perbedaan itu sudah menjadi ketentuan Allah SWT. Dalam Al-Quran disebutkan bahwa manusia memiliki perbedaan bahasa dan warna kulit (QS Ar-Rum: 22).

Oleh karenanya, kita dilarang menghina suku bangsa. Suku bangsa seseorang itu dipilihkan oleh Allah SWT, bukan kehendaknya sendiri(QS Al-Qasas: 68).

Hadits ini juga memiliki spirit kesempurnaan iman dalam hal ukhuwah islamiyah. Sesama muslim yang harus dikedepankan adalah persamaannya, bukan perbedaannya. Sejatinya, mukmin itu semua bersaudara (QS Al-Hujurat:10). 

Allah SWT mengaitkan tema memperkuat tali persaudaraan, tidak bercerai-berai, dengan ketakwaan (QS Al-Imran: 103). 

Persaudaraan anshar dan muhajirin bisa dijadikan teladan (QS Al-Hasyr: 9)

Rasul SAW ketika hijrah ke Madinah langsung membangun masjid Kuba. Kemudian Rasul SAW mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshar. 

Orang yang hijrah (muhajirin) itu tidak membawa apa-apa sehingga Rasul perlu memperkuat persaudaraan antara muhajirin dan anshar.

Kaum anshar bisa berbagi apapun yang ia miliki kepada saudaranya kaum muhajirin. Keteladanan ini oleh ulama disebut dengan itsar, yaitu mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri, memberikan sesuatu kepada orang lain yang lebih membutuhkan disaat dirinya sendiri butuh.

Hal ini berhubungan dengan level kedermawanan. Dalam berderma, berinfak, juga diatur dalam agama. Kita tidak dianjurkan untuk berlebihan atau melampaui batas (QS Al-Furqon: 67). Hal ini ditujukan untuk kemaslahatan bersama, dan tidak ada yang merasa dizalimi.

Dalam persaudaraan terkadang terjadi dinamika perselisihan. Ketika ini terjadi, maka kita harus bisa saling memaafkan (QS Ali Imran: 134).

Demikian pembahasan hadits hari ini. Kita akan lanjutkan besok dengan hadits selanjutnya.

* Refleksi Kajian Ramadan Masjid Inti Iman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun