Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Haji Udin Menghitung Hari Puasa

7 April 2022   08:09 Diperbarui: 7 April 2022   08:11 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurma Haji Udin (dokpri)

Apa realita yang saya maksud?

Coba kita pikirkan. Selang beberapa hari kita melewati Ramadan, sudah banyak pertanyaan di kepala kita. Kita mulai bertanya-tanya, sudah berapa hari ya kita puasa? Ini Ramadan hari ke berapa ya? Berapa hari lagi kita lebaran?

Bagi anak-anak, pertanyaan-pertanyaan tersebut memang bisa dibilang wajar. Anak-anak biasanya memang ingin Ramadan cepat usai. 

Mereka ingin segera berlebaran yang identik dengan baju baru, uang persenan, dan pastinya banyak makanan dan kue lezat yang disuguhkan. 

Sedangkan bagi orang tua, makna pertanyaan itu bisa menjadi sangat berbeda. Orangtua memikirkan, bagaimana menyambut lebaran nanti. Adakah uang untuk membelikan baju baru? Adakah bahan untuk membuat ketupat dan opor ayam? Adakah uang membeli kue lebaran?

Namun, ada juga orang-orang yang memahami pertanyaan tersebut dengan cara yang berbeda. Bagi mereka yang benar-benar merindukan datangnya bulan Ramadan, pertanyaan tersebut menunjukkan kesedihan dan kekhawatiran.  


Jangan-jangan diri ini belum bisa memanfaatkan kedatangan bulan yang mulia ini dengan maksimal. Jangan-jangan ampunan yang dijanjikan Sang Maha Pengampun pun belum tentu didapatkan.

Ya, bagi kita yang sudah dewasa, yang tidak lagi anak-anak, seharusnya memang tidak lagi berpikir kekanakan. Atau berpikir terlalu materialistis, yang hanya mementingkan materi fisiknya saja. Kita seharusnya memang bisa berpikir lebih dewasa dalam beragama.

Artinya, kita seharusnya bisa lebih memahami apa makna sesungguhnya dari puasa. Kita seharusnya bisa bersikap layaknya orang yang benar-benar merindu. Rindu datangnya bulan suci, bahkan sejak dua bulan sebelum kedatangannya.

Bagi orang yang merindukan Ramadan, puasa bukanlah hanya sekedar bermakna menahan diri dari makan, minum, dan bercampur antara suami dan istri, dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari di ufuk barat. 

Bagi mereka, puasa juga bermakna kesabaran, menahan diri, dan juga dapat menjaga seluruh organ tubuh kita dari kemaksiatan. Puasa yang dilakukan seperti ini akan membuat seseorang mendapatkan pahala yang besar di sisi Sang Pencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun