Ramadan memang penuh berkah. Banyak sekali hikmah yang bisa kita dapat di dalamnya.
Puasa yang dijalani sebulan penuh, membuat mental orang yang melaksanakannya terlatih. Terlatih untuk tangguh menjalani kehidupan. Terlatih untuk menahan segala tantangan.
Terlebih bagi seorang wanita, Ramadan adalah bulan pembuktian apakah ia bisa benar-benar bisa menjadi wanita tangguh bagi orang-orang terdekatnya, orang-orang yang disayanginya.
Ya, wanita tangguh adalah wanita yang kuat, andal, tabah, dan tahan. Setiap orang pasti memiliki wanita tangguh dalam kehidupannya. Tidak hanya satu, bahkan dua, tiga, atau mungkin lebih banyak lagi.
Banyak sosok yang mungkin bisa menjadi wanita tangguh dalam kehidupan.
Bagi seorang anak, Ibu adalah wanita tangguhnya. Coba lihat saja bagaimana Ibu menyiapkan menu makanan berbuka dan sahur bagi anaknya, bagi keluarganya. Pastinya memerlukan perjuangan.
Di saat semua santai menunggu berbuka, Ibu harus masuk dapur untuk mulai berpikir mau memasak apa. Ketika semua asyik terlelap, Ibu sudah harus bangun mempersiapkan hidangan sahur. Inilah sosok wanita tangguh pertama.
Bagi seorang suami, istri adalah wanita tangguhnya. Coba lihat saja bagaimana istri mempersiapkan semua keperluan suami untuk bekerja sambil menjalankan ibadah puasa.
Bukan hanya keperluan suami, keperluan anggota keluarga yang lain juga harus dipenuhi. Mengurus anak juga memerlukan energi yang tidak sedikit. Lagi-lagi ini memerlukan perjuangan. Inilah sosok wanita tangguh kedua.
Bagi seorang siswa, guru bisa menjadi wanita tangguhnya. Perjuangan guru dalam mendidik tidak bisa disepelekan.Â
Mendidik siswa untuk berpuasa, membimbing mereka untuk dapat mengisi Ramadan dengan banyak beribadah, dan tetap semangat belajar selama berpuasa, bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Inilah sosok wanita tangguh ketiga.
Bagi masyarakat, para wanita adalah wanita tangguhnya. Secara individu atau kelompok, banyak peran wanita bagi kemajuan masyarakat.
Hal inilah yang diperjuangkan R.A. Kartini. Kartini adalah simbol perjuangan kaum wanita di era penjajahan Belanda di tahun 1900-an.Â
Emansipasi atau kesetaraan wanita yang diperjuangkan Kartini sejalan dengan hikmah puasa. Puasa juga mengajarkan kesetaraan, bukan? Puasa mengajarkan orang yang berkecukupan untuk merasakan kondisi orang yang kekurangan, bukan?
Hari Kartini yang kita peringati hari ini dan bulan Ramadan yang sedang kita jalani ini diharapkan menjadi momen kebangkitan bagi kaum wanita dalam membentuk masyarakat yang baik. Kaum wanita inilah sosok wanita tangguh keempat.
Ya, keempat sosok wanita tangguh tersebut seharusnya memang mendapatkan penghargaan yang layak. Selepas Ramadan, rasanya layak jika mereka bisa diajak berlibur, tinggal di hotel sambil menikmati keindahan alam.
Nantinya, kita bisa memanjakan mereka untuk makan di restaurant yang memiliki interior yang indah. Mereka tak perlu lagi berlelah-lelah membuat makanannya. Makanan yang serba lezat pun akan langsung siap tersedia, terhidang di depan mata.
Ini hanyalah salah satu contoh apresiasi yang bisa kita berikan kepada sosok wanita-wanita tangguh dalam kehidupan kita. Namun sejatinya, sebesar apapun apresiasi yang kita berikan tidak akan mampu membalas kasih sayang yang mereka berikan kepada kita.
Alhasil, bulan Ramadan menjadi bukti betapa para wanita tangguh berjuang untuk orang-orang yang disayanginya. Pintu-pintu akan terbuka dengan kasih sayang, dan para wanita tangguh adalah pahlawan kasih sayangnya.