Bukan hanya keperluan suami, keperluan anggota keluarga yang lain juga harus dipenuhi. Mengurus anak juga memerlukan energi yang tidak sedikit. Lagi-lagi ini memerlukan perjuangan. Inilah sosok wanita tangguh kedua.
Bagi seorang siswa, guru bisa menjadi wanita tangguhnya. Perjuangan guru dalam mendidik tidak bisa disepelekan.Â
Mendidik siswa untuk berpuasa, membimbing mereka untuk dapat mengisi Ramadan dengan banyak beribadah, dan tetap semangat belajar selama berpuasa, bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Inilah sosok wanita tangguh ketiga.
Bagi masyarakat, para wanita adalah wanita tangguhnya. Secara individu atau kelompok, banyak peran wanita bagi kemajuan masyarakat.
Hal inilah yang diperjuangkan R.A. Kartini. Kartini adalah simbol perjuangan kaum wanita di era penjajahan Belanda di tahun 1900-an.Â
Emansipasi atau kesetaraan wanita yang diperjuangkan Kartini sejalan dengan hikmah puasa. Puasa juga mengajarkan kesetaraan, bukan? Puasa mengajarkan orang yang berkecukupan untuk merasakan kondisi orang yang kekurangan, bukan?
Hari Kartini yang kita peringati hari ini dan bulan Ramadan yang sedang kita jalani ini diharapkan menjadi momen kebangkitan bagi kaum wanita dalam membentuk masyarakat yang baik. Kaum wanita inilah sosok wanita tangguh keempat.
Ya, keempat sosok wanita tangguh tersebut seharusnya memang mendapatkan penghargaan yang layak. Selepas Ramadan, rasanya layak jika mereka bisa diajak berlibur, tinggal di hotel sambil menikmati keindahan alam.