Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Vaksinasi Dimulai, Mari Belajar dari Semut Gurun

13 Januari 2021   21:47 Diperbarui: 13 Januari 2021   21:56 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi divaksinasi (HO/SETPRES/AGUS SUPARTO via kompas.com)

Dari mulai proses pemilihan vaksin, pembelian, pengujian, komunikasi publik, distribusi dan proses vaksinasi, semua menyebabkan terjadinya polemik di masyarakat.

Meskipun pemerintah bersikeras mengatakan bahwa proses vaksinasi sudah terencana dengan baik dan yakin dengan keamanannya, tetap saja rasa takut dan ketidakyakinan sebagian masyarakat tidak boleh diabaikan.

Adanya perbedaan persepsi ini menunjukkan bahwa sistem internal vaksinasi sebenarnya belum berjalan dengan mulus. 

Meskipun begitu, hari ini (Rabu, 13 Januari 2021), proses vaksinasi tetap dimulai. Sebelumnya penggunaan vaksin sinovac telah diizinkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga telah menyatakan kehalalan vaksin sinovac. 

Dimulainya proses ditandai dengan disuntikkannya vaksin pertama kali kepada Presiden Jokowi bersama dengan para perwakilan dari petugas kesehatan, tokoh agama, guru, buruh dan pedagang di istana negara.

Apa yang dilakukan Presiden ini adalah terkait masalah teknis proses vaksinasi. Sejatinya, pemerintah jangan hanya fokus kepada sistem teknis proses vaksinasi. Yang lebih penting lagi adalah bagaimana membangun sistem internal terkait psikologis publik sehingga bisa meyakinkan masyarakat untuk mendukung proses vaksinasi ini. Pemerintah harus mengusahakan bagaimana masyarakat mau divaksin karena kesadaran, bukan karena paksaan.

Kata kuncinya adalah "meyakinkan" atau melakukan "persuasi" kepada masyarakat. Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan Ustad Bediuzzaman Said Nursi dalam buku Risalah Nur karangannya. Said Nursi berkata, "Menaklukkan peradaban adalah dengan melakukan persuasi, bukan dengan paksaan seperti halnya menaklukkan orang yang tak beradab yang tidak mengerti kata-kata."

Ya, di zaman seperti ini, memang yang lebih penting adalah usaha meyakinkan atau melakukan persuasi kepada masyarakat. Melakukan persuasi dengan cara memberikan alasan yang bisa diterima akal.

Alhasil, manusia memang tak seberuntung semut gurun yang diberikan Tuhan sistem internal alami untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupannya. Namun, manusia diberikan Tuhan akal yang bisa digunakan untuk membangun sistem internalnya sendiri. 

Oleh karenanya, untuk membangun sistem internal vaksinasi yang baik, akal masyarakat yang perlu diyakinkan, tidak dengan paksaan. Inilah sejatinya tugas berat yang harus dilakukan pemerintah saat ini.

[Baca Juga: Akumulasi Karbon di Udara, Biarkan Hutan Tumbuh Sendiri]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun