Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persatuan adalah Saling Memahami dalam Perbedaan

28 Oktober 2020   11:07 Diperbarui: 28 Oktober 2020   11:19 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari Sumpah Pemuda (dokumen pribadi)

Ya, perbedaan memang harus dipahami. Kira-kira itulah yang dilakukan para pemuda pada kongres pemuda kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Pada waktu itu Indonesia belum merdeka.

Kongres ini menghasilkan sebuah sumpah suci para pemuda dari seluruh nusantara yang menyatakan, bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu, Indonesia. 

Momen inilah yang menjadi momen dimana perbedaan bisa dipahami, perbedaan dijadikan pemersatu, perbedaan dijadikan semangat bersama untuk mengusir penjajah.

Tak pelak, momen ini digadang sebagai momen pemicu persatuan bangsa Indonesia. Momen ini yang menyadarkan bangsa Indonesia bahwa penjajah hanya bisa dilawan dengan persatuan. Puncaknya adalah diproklamasikannya kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Di masa kemerdekaan, tanggal 28 Oktober ditetapkan pemerintah sebagai salah satu hari bersejarah, dikenang sebagai "Hari Sumpah Pemuda".

Hari ini tanggal 28 Oktober 2020, diperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke-92. Tema yang diangkat pemerintah tahun ini adalah bersatu dan bangkit.

Tak bisa dipungkiri, bangsa kita sedang berada pada keterpurukan. Pandemi Covid-19 yang menyebabkan terpuruknya ekonomi meluluhlantakkan kehidupan, terutama bagi rakyat yang bernasib kurang beruntung. 

"Inilah saatnya kita bersatu dan bangkit", mungkin itu yang dimaksud pemerintah. Bersatu melawan pandemi, dan bangkit dari keterpurukan.

Untuk bisa bersatu, harus adanya saling memahami. Rakyat memahami pemerintah, pemerintah memahami rakyat. Intinya harus ada komunikasi yang baik antara pemerintah dan rakyat.

Dalam hal ini, pemerintah harus memiliki komunikasi publik yang baik. Artinya pemerintah perlu menggunakan bahasa yang bisa dipahami rakyat, bahasa yang bisa masuk ke dalam hati rakyat sehingga bisa membuat rakyat tenang dan tentram. 

Rakyat yang tenang dan tentram tidak mudah tersulut provokasi dan berita hoaks sehingga konflik antara rakyat dan pemerintah bisa dihindari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun