Adanya konspirasi yang mengatakan, bahwa virus Covid-19 adalah buatan negara tertentu, yang hanya ditujukan kepada Indonesia dan beberapa negara lainnya. Vaksin hanya sekedar alat untuk merusak manusia, secara perlahan-lahan.
Bahkan dalam sebulanan ini (sejak pertengahan Juni lalu), angka kematian dan orang sakit di Madura sangat tinggi. Konon ini terjadi, setelah adanya penyemprotan disinfektan melalui pesawat udara dan drone.
Parahnya lagi, ada isu liar yang berkembang di masyarakat. Bahwa pesawat dan drone tersebut memang sengaja menyemprotkan virus tertentu, karena setelah kejadian itu banyak orang sakit dan meninggal setiap harinya.
Kedua, sisa-sisa polarisasi pemilihan presiden lalu. Setiap ada kebijakan dari pemerintah, banyak yang curiga terlebih dahulu. Di masyarakat bawah, adanya musibah dan wabah ini, karena ulah pemerintah dan komunis. Serta dampak dari kriminalisasi ulama yang dilakukan pemerintah.
Setiap ada kejanggalan yang beredar, pasti akan disangkut-pautkan dengan ulah komunis atau PKI. Betapa hebatnya kekuatan kampanye hitam pada Pilpres lalu, sehingga mampu membentuk pola fikir sebagian orang Madura.
Bahkan jatuhnya banyak korban yang meninggal sebulanan belakangan ini, bukan karena adanya Covid-19. Tapi karena Madura saat ini, diserang oleh Tha'un. Sebenarnya mereka percaya adanya wabah, namun bukan disebabkan oleh virus Covid-19.
Sehingga proses pencegahannya lebih banyak kepada hal-hal spiritualitas, daripada proses medis dan prosedur kesehatan. Contohnya, membaca Burdah keliling kampung, istighosah dan rokat kampung. Sedangkan proses medis dan prosedur kesehatannya banyak yang ditinggalkannya.
Solusi untuk meningkatkan persentase vaksinasi di Madura adalah, Tim Satuan Tugas Covid-19 harus bekerja keras membendung adanya informasi negatif di Masyarakat. Serta harus sering turun ke bawah, untuk mengadakan sosialisasi langsung ke masyarakat.
Kedua, pemerintah harus menggandeng dan melibatkan Ulama dan pesantren. Karena mereka adalah strata sosial tertinggi dalam kehidupan masyarakat Madura. Pengaruh dan ucapannya, tidak akan dibantah oleh orang Madura.
Tirulah bagaimana program Keluarga Berencana (KB) yang pernah ditentang masyarakat Madura di era Pak Harto. Akhirnya menjadi program yang diterima, setelah pemerintah melibatkan Kiai dan pesantrennya.
Apapun semoga wabah dan musibah ini segera berakhir. Dan kehidupan normal akan berjalan seperti biasanya kembali.