Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Telos Peran Manusia di Dunia

16 Februari 2019   15:15 Diperbarui: 16 Februari 2019   15:52 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terkadang yang diketahui justru membuat orang bodoh. Pengetahuan tentang dunia dan seisinya tidak serta merta membuat orang mengetahui penciptanya. Ini mirip seperti para ilmuwan atheis yang berhenti perjalanan ruhaninya hanya pada kekaguman hukum-hukum alam semata-mata.

Setiap perjalanan mestinya memiliki tujuan. Perjalanan seseorang dalam cerita menyelami samudera pengetahuan, tentunya akan berakhir di perhentian. Masalahnya, jenis perhentian apa yang akan menjadi akhir dari penjelajahan tersebut.

Ilmuwan beresiko terhenti perjalanan ruhaninya pada pada dalil-dalil dan hukum-hukum positif alam semata. Filosof terancam perjalanan ruhaninya pada lingkaran keraguan spekulatif yang tak berkesudahan. Muballig terancam perjalanan ruhaninya pada popularitas tablig dan dakwahnya semata-mata.

Supaya perhentian akhir tersebut tidak terhalangi selama melakukan penjelajahan dan perjalanan di dunia ini, maka keimanan tanpa keraguan mutlak dimiliki. Keimanan terhadap apa? Keimanan terhadap perjumpaan dengan Yang Maha Kuasa di akhirat nanti tentunya.

Setiap peranan yang ditampilkan oleh manusia di dunia, harusnya menjadi sarana baginya untuk menemukan Tuhannya. Peranan itu bukan untuk menghentikannya dari tujuan yang sebenarnya. Peranan itu bukan untuk membuatnya bodoh dari sutradara yang sesungguhnya.

Rugi dan sia-sia sekali, jika peranan tersebut berbalik menjadi penyesat jalan kehidupannya. Dalam kasus ini, bisa jadi ilmuwan tersesat dengan ilmunya. Filosof tersesat dengan filsafatnya dan muballig tersesat dengan popularitas dakwah dan ceramahnya.

Tepatlah kiranya jika makna firman Allah menjelaskan bahwa: Carilah akhiratmu (tujuan akhir) dalam segala apa pun yang telah Allah berikan kepadamu. Carilah dimensi akhirat dalam kesenangan, dalam kesusahan, dalam kekayaan, dalam kemiskinan dan dalam peranan apa pun yang dijalani di dunia ini.

Dalam istilah filsafat, tujuan akhir ini dikenal dengan istilah "telos". Teori yang membahasnya adalah teleologi. Bahwa segala sesuatu haruslah mengarah pada tujuan yang hakiki. 

Semisal, telos dari makan adalah kekuatan dan energi, bukan kenyang dan kenikmatan. Telos berpakaian adalah menutup aurat bukan kemewahan. Dan telos peranan manusia di dunia tentunya adalah akhirat.

Jika dalam filsafat saja ada teori tentang tujuan akhir, maka tentu saja teori tujuan akhir ini ada juga dalam agama. Hanya teleologi versi agama ini yang tidak akan menyesatkan para penjelajah dan para pemeran drama dalam kehidupan di dunia ini. 

Ketahuilah telos masing-masing kita, kemudian fokus padanya tanpa tersesatkan oleh peranan kita di dunia.

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun