Mohon tunggu...
Mahar Prastowo
Mahar Prastowo Mohon Tunggu... Ghostwriter | PR | Paralegal

Praktisi Media, PR, Ghotswriter, Paralegal. Pewarta di berbagai medan sejak junior sekira 31 tahun lalu. Terlatih menulis secepat orang bicara. Sekarang AI ambil alih. Tak apa, bukankah teknologi memang untuk mempermudah? Quotes: "Mengubah Problem Menjadi Profit" | https://muckrack.com/mahar-prastowo/articles

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kebon Pala Bergerak: Warga Siaga TBC, Kawasan Tanpa Rokok Dicanangkan

15 Oktober 2025   14:39 Diperbarui: 15 Oktober 2025   23:31 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebon Pala Bergerak: Warga Siaga TBC, Kawasan Tanpa Rokok Dicanangkan(foto: Mahar) 


Kesehatan --- Suasana penuh semangat tampak di RW 01 Kelurahan Kebon Pala, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Rabu (15/10/2025). Puluhan warga, kader kesehatan, dan perangkat kelurahan mengikuti kegiatan Sosialisasi dan Pencanangan Kampung Tanpa Rokok serta Kampung Siaga TBC (Tuberkulosis).
Gerakan ini menjadi langkah nyata masyarakat menghadapi dua ancaman yang saling terkait: rokok dan TBC.

Acara dibuka oleh Sekretaris Camat Kecamatan Makasar, Ompu M. Taufik, yang menegaskan pentingnya kesadaran bersama untuk menekan kebiasaan merokok di tempat umum.

Sekretaris Camat Kecamatan Makasar, Ompu M. Taufik (Foto: Mahar)
Sekretaris Camat Kecamatan Makasar, Ompu M. Taufik (Foto: Mahar)


"Boleh merokok, tapi di ruang khusus. Apalagi kalau ASN, tidak boleh merokok di kantor kecamatan, kelurahan, dan kantor pemerintah lainnya," ujar Ompu.

"Kita dukung bersama agar TBC di wilayah kita berkurang. Karena kalau merokok di tempat umum, orang di sekitar bisa jadi korban --- perokok pasif. Catat dan sebarkan ke media sosial, supaya pesan ini sampai ke seluruh warga. Kita semua kader kesehatan Kampung Siaga TBC."

Bahaya Ganda: Rokok dan TBC

Dalam sesi penyuluhan, dr. Laura Astrid dari Puskesmas Kebon Pala menjelaskan secara rinci bahwa rokok dan TBC memiliki hubungan erat dan saling memperparah.

"Asap rokok merusak jaringan paru dan menurunkan daya tahan tubuh. Akibatnya, bakteri Mycobacterium tuberculosis lebih mudah aktif dan menular ke orang lain," jelas dr. Laura.

Data dari WHO Global Tuberculosis Report 2024 menunjukkan bahwa Indonesia berada di posisi kedua dunia dengan jumlah penderita TBC terbanyak setelah India.
Tahun 2023, tercatat 130.927 kematian akibat TBC di Indonesia --- setara dengan lebih dari 10 orang meninggal setiap jamnya.

Dari seluruh penderita TBC di Indonesia, 147.000 kasus berkaitan dengan kebiasaan merokok.
"Perokok harian memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi menderita TBC dibandingkan yang tidak merokok, dan mantan perokok pun tetap rentan karena paru-parunya sudah rusak," tambah dr. Laura.

Rokok Elektronik Bukan Solusi

dr. Laura juga menepis anggapan bahwa rokok elektronik lebih aman.

"Rokok elektronik tetap mengandung nikotin, logam berat seperti nikel dan timbal, serta zat perasa kimia yang merusak makrofag alveolar---sel pelindung paru. Itu justru meningkatkan risiko terpapar bakteri TBC," ungkapnya.

WHO dan CDC juga menegaskan bahwa rokok elektronik tidak terbukti membantu seseorang berhenti merokok. Banyak penggunanya tetap mengisap rokok konvensional bersamaan.

Indonesia Darurat Perokok, Darurat TBC

Berdasarkan WHO Global Health Observatory 2024, 73,1% laki-laki dewasa di Indonesia merokok, menjadikan Indonesia negara dengan prevalensi perokok tertinggi keempat di dunia.
Kondisi ini memperburuk penyebaran TBC --- penyakit yang menular lewat udara ketika penderita batuk atau bersin.

Sebanyak 17,6% kasus TBC dan 15,2% kematian pasien TBC di Indonesia berkaitan langsung dengan kebiasaan merokok.
Indonesia bahkan menempati urutan kedua dunia untuk kematian TBC akibat rokok, setelah Rusia.

Suara dari Penyintas: "Leher Saya Bolong karena Nikotin"

Di sela kegiatan, Bapak Daniel, yang kini menjadi penyintas kanker tenggorokan, memberikan testimoni yang menyentuh.
Dengan suara serak yang keluar melalui lubang kecil di lehernya, ia menceritakan bagaimana rokok mengubah hidupnya.

Bapak Daniel, penyintas kanker tenggorokan. (Foto: Mahar)
Bapak Daniel, penyintas kanker tenggorokan. (Foto: Mahar)

"Dulu saya pikir rokok hanya bikin batuk. Sekarang leher saya bolong, harus bernapas lewat sini," ujarnya sambil menunjuk lubang di bawah pita suaranya.

"Saya himbau kalau mau merokok, jangan di rumah. Merokoklah di luar, jangan sampai anak dan keluarga ikut menghirup racun yang saya hirup dulu. Jangan tunggu sampai terlambat seperti saya."

Testimoni Daniel menjadi pengingat keras bahwa bahaya rokok bukan hanya angka statistik, melainkan kisah nyata di tengah masyarakat.

Dari Kebon Pala untuk Jakarta yang Sehat

Kegiatan ini melibatkan unsur PKK, FKDM, LMK, Karang Taruna, kader Posyandu, Jumantik, hingga warga lintas usia. Mereka sepakat menjadikan RW 01 sebagai contoh Kampung Siaga TBC dan Kawasan Tanpa Rokok di Jakarta Timur.

Gerakan kecil di Kebon Pala ini diharapkan menjadi inspirasi bagi wilayah lain: bahwa melawan TBC bukan hanya tugas tenaga medis, tapi tanggung jawab bersama seluruh warga.

(MP)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun