"Kalau Nabi masih hidup, saya yakin beliau akan tersenyum saat kita bershalawat. Tapi mungkin beliau akan meneteskan air mata jika tahu, sebagian dari kita lebih sibuk menyalakan kembang api daripada menyalakan kasih."
Cahaya yang Sejati
Kembang api hanya menyala beberapa detik. Sedekah bisa menyala sampai akhirat.
Keduanya sama-sama cahaya, tapi yang satu membakar, yang satu menerangi.
Maka mungkin bukan persoalan perlu atau tidak perlu kembang api. Tapi lebih kepada:
Apakah kembang api itu menambah cinta kita kepada Nabi, atau justru menutupi cahaya cinta itu sendiri?
Penutup:
Merayakan Maulid adalah bentuk cinta. Tapi cinta yang sejati selalu melahirkan manfaat. Bila setiap letupan kembang api diganti dengan sepotong roti untuk yang lapar, mungkin malam Maulid akan benar-benar jadi malam cahaya - bukan di langit, tapi di hati manusia.
[mp]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI