Mohon tunggu...
Mahar Prastowo
Mahar Prastowo Mohon Tunggu... Ghostwriter | PR | Paralegal

Praktisi Media, PR, Ghotswriter, Paralegal. Pewarta di berbagai medan sejak junior sekira 31 tahun lalu. Terlatih menulis secepat orang bicara. Sekarang AI ambil alih. Tak apa, bukankah teknologi memang untuk mempermudah? Quotes: "Mengubah Problem Menjadi Profit" | https://muckrack.com/mahar-prastowo/articles

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

ERP: Jalan Bayar, Jakarta Bayar Harga

6 Mei 2025   16:18 Diperbarui: 21 Mei 2025   00:04 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto:Screenshot ERP netizen Arina News


Oleh: Mahar Prastowo

Pagi itu, langit Jakarta mendung. Bukan hanya karena awan yang menggantung di atas Monas, tapi juga karena keresahan yang mulai merayap ke benak warga ibu kota. Di antara kemacetan yang tak pernah tidur, kini ada tambahan beban: jalan berbayar.

Namanya keren: Electronic Road Pricing atau ERP. Tapi di balik akronim itu, ada cerita yang lebih ruwet dari kabel optik yang menyalurkan data tarif ke sistem pemantauan lalu lintas Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

Siapa yang menetapkan kebijakan ini?

Adalah Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Perhubungan (Dishub) yang menjadi pengusung utama. Mereka menyebutnya sebagai solusi. Solusi untuk mengurai kemacetan, katanya. Solusi untuk mendorong orang beralih ke transportasi umum, katanya lagi. Tapi seperti biasa, solusi yang dilabeli "modern" sering kali tidak menjawab masalah paling mendasar.

Dananya masuk ke mana?

Inilah yang paling menarik: uang dari ERP---yang dipatok antara Rp5.000 hingga Rp19.900 sekali melintas---akan masuk ke kas daerah. Tapi itu hanya permukaan. Di balik kas daerah itu ada skema yang lebih luas, lebih rumit, dan tentu, lebih menggiurkan bagi mereka yang bermain di balik sistem.

ERP ini nantinya akan dikelola oleh BUMD atau pihak ketiga pemenang tender, yang entah siapa dan seperti apa mekanisme pemilihannya. Kalau berkaca dari rencana sebelumnya, Pemprov DKI sempat menugaskan PT Jakarta Infrastruktur Propertindo (JIP) sebagai pelaksananya. Tapi sampai hari ini, siapa operator resminya belum diumumkan. Apakah benar-benar akan menjadi milik warga Jakarta? Ataukah justru kembali menjadi "ATM" proyek?

Saya mendatangi satu ruas yang akan diberlakukan ERP: Jalan MH Thamrin. "Lha, kami ini kerja dari pagi sampai malam. Sekarang harus bayar lewat jalan ini juga?" kata sopir antar jemput karyawan, sambil melintir rokok lintingan. "Katanya mau bantu rakyat kecil, ini malah nyedot duit kecil rakyat."

Di sisi lain, Dishub DKI menjanjikan bahwa ini akan berdampak besar menurunkan volume kendaraan. Memang, Singapura sudah lebih dulu sukses dengan ERP. Tapi Singapura tidak pernah punya angkot ngetem. Tidak pernah punya ojek parkir di tikungan jalan. Dan, yang paling penting: mereka punya transportasi publik yang sejak jauh hari memang sudah layak, nyaman, dan konsisten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun