Mohon tunggu...
Mahar Prastowo
Mahar Prastowo Mohon Tunggu... Ghostwriter | PR | Paralegal

Praktisi Media dan co-PR -- Pewarta di berbagai medan sejak junior sekira 31 tahun lalu. Terlatih menulis secepat orang bicara. Sekarang AI ambil alih. Tak apa, bukankah teknologi memang untuk mempermudah? Quotes: "Mengubah Problem Menjadi Profit" https://muckrack.com/mahar-prastowo/articles

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Di Balik Euforia Bola: DPR Ketok Palu Revisi UU TNI

20 Maret 2025   20:40 Diperbarui: 20 Maret 2025   23:10 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di tengah euforia masyarakat bersiap membela timnas, DPR sahkan Revisi UU TNI dengan tenang nyaris tanpa gejolak protes.

Euforia masyarakat atas pertandingan seru antara Timnas Indonesia melawan Australia pada Kamis (20/3) menjadi panggung sempurna bagi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk mengesahkan revisi Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI). Momen ini tak lepas dari perhatian, terlebih karena prosesnya berlangsung nyaris tanpa riak protes, meski ada juga aksi kelompok mahasiswa dan koalisi masyarakat sipil yang sempat adu dorong dan panjat pagar DPR.

Mengapa Revisi UU TNI Menjadi Sorotan?

Revisi UU TNI membawa sejumlah perubahan signifikan. Tiga poin utama yang mencuat adalah penambahan tugas pokok prajurit, peluang prajurit aktif mengisi jabatan sipil, serta perpanjangan usia pensiun.

Pada aspek tugas pokok, TNI kini memiliki 16 tugas dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP), termasuk penanganan ancaman siber dan perlindungan warga negara di luar negeri. Ini mencerminkan respons terhadap ancaman modern yang kian kompleks.

Namun, yang menimbulkan tanda tanya adalah kebijakan memperbolehkan prajurit aktif menduduki jabatan sipil di 14 kementerian/lembaga. Meski disebut sebagai upaya memperkuat koordinasi lintas sektor, kekhawatiran akan potensi militerisme di ranah sipil tak bisa diabaikan.

Perpanjangan usia pensiun prajurit juga menjadi isu menarik. Dengan batas usia pensiun perwira tinggi bintang empat hingga 63 tahun dan peluang perpanjangan dua kali melalui keputusan presiden, muncul kekhawatiran stagnasi regenerasi di tubuh TNI.

Efek Euforia: Momentum yang Tepat?

Laga Timnas Indonesia melawan Australia di Piala Asia menjadi panggung emosi kolektif. Sejak pagi buta, mata publik terpaku pada perjuangan anak-anak bangsa di lapangan hijau, memberi ruang gerak bagi elite politik untuk mendorong agenda legislasi yang sensitif.

Pertandingan yang berakhir dengan kekalahan 1-4 untuk Indonesia bukan hanya meninggalkan rasa kecewa, tetapi juga memudarkan atensi publik terhadap sidang paripurna DPR. Dalam kebisingan sorak sorai dan perdebatan soal strategi permainan, pengesahan revisi UU TNI nyaris luput dari pengawasan kritis masyarakat.

Realitas Demokrasi Kita

Ketika atensi masyarakat tersedot ke perjuangan timnas sepak bola, pemerintah dan DPR bergerak cepat menyelesaikan pekerjaan rumah yang sulit. Ini bukan fenomena baru. Momen-momen serupa telah berulang dalam berbagai kebijakan kontroversial yang lolos tanpa perlawanan berarti.

Namun, menyalahkan strategi politik semata juga tidak cukup. Demokrasi yang sehat menuntut publik yang awas dan media yang responsif. Penting bagi masyarakat untuk tetap kritis dan memastikan bahwa semangat partisipasi tidak luntur di tengah euforia sesaat.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun