Mohon tunggu...
M Sanantara
M Sanantara Mohon Tunggu... Art Modeling

Metus Hypocrisis et Proditio. Scribere ad velum Falsitatis scindendum.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gerhana Malam, Darah, dan Suara-suara yang Tak Pernah Sampai

22 September 2025   10:06 Diperbarui: 22 September 2025   15:06 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiba-tiba, potongan ingatan merampas kesadaran dan kenyataan.

Kemarin, aku dihadang harimau putih. Kehilangan kendali setir, mobil terjun ke jurang. Aku mati---dada terluka oleh dahan runcing pohon tua.

Aaaa... Aku melihat Ibu tak bergerak, air matanya membersihkan kolam hitam di kebun belakang rumah.

Sakit jiwa, Dewi. Hobimu bercinta dengan mayat di kubur setiap tanggal ganjil makin bersinar terang.

Hanya...

Aku sudah jadi mayat, tapi aku masih menyaksikan. Dan Dewi... ia menikmati sisa denyut dagingku.

***

Musik Referensi:

Untuk membangun mood lebih dalam dan menyatu dengan cerpen ini, silahkan Kompasianer dengarkan lagu di bawah 


Saat berkendara. Rasakan sendiri, kemesraan-kehororan yang personal dari Radit dan Dewi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun