Cerita ‘Ayam Ketawa’ sudah saya dengar sejak beberapa tahun lalu dari seorang rekan di daerah Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), yang kini disebut-sebut sebagai salah satu daerah yang banyak menghasilkan Ayam Ketawa di Sulawesi Selatan.
[caption id="attachment_141993" align="alignleft" width="452" caption="Kontes ayam ketawa/Ft:bisnis-ayamketawa.blogspot.com/google"][/caption]
Kabupaten yang memiliki lebih dari 40.000 hektar sawah berpengairan teknis ini, selain sebagai daerah 'lumbung beras'Â juga merupakan yang pertama mengembangkan peternakan ayam ras, ayam petelur maupun ayam potong di Sulawesi Selatan. Populasi ayam ras di Sidrap sekarang diperkirakan melebihi 3 juta ekor.
Jika kemudian Sidrap juga disebut sebagai pelopor pengembangan komoditas Ayam Ketawa di Sulawesi Selatan, kemungkinan karena dari daerah inilah pertama kali terdengar munculnya komunitas-komunitas pemelihara Ayam Ketawa, sebelum muncul menjamurnya komunitas serupa padahampir seluruh wilayah di Sulawesi Selatan.
Lantaran telah memasyarakatnya Ayam Ketawa, sampai pernah ribuan ekor jenis ini dihadirkan mengikuti kontes yang digelar di halaman rumah jabatan Gubernur Sulawesi Selatan (Gubernuran) di Jl. Jend Sudirman, Kota Makassar. Inilah sejarah pertama kali lomba satwa di Gubernuran Sulawesi Selatan
Ayam Ketawa adalah gelaran yang diberikan kepada ayam-ayam jantan lokal (ayam kampung) yang suara kokokannya tidak seperti ayam kebanyakan. Bunyi kokokannya khas berbeda antara kokokan Ayam Ketawa yang satu dengan lainnya. Ada Ayam ketawa yang kokokannya bergetar, berirama pendek panjang atau sebaliknya, ada juga yang kokokannya patah-patah, serta bermacam bunyi kokokan lainnya.
Selain suara kokokan yang merdu, menurut penjelasan rekan pemelihara Ayam Ketawa, tingkat harga Ayam Ketawa di pasaran saat ini, juga ditentukan gaya Ayam Ketawa ketika berkokok. Disebutkan, ada ayam ketawa ketika berkokok menjulurkan lehernya hingga ke tanah melakukan seperti liukan-liukan leher angsa. Ada juga yang seperti menggeleng atau menengadah ketika berkokok.
''Makin bervariasi suara dan gerak ketika berkokok, atau makin sering berkokok, dan makin lama waktu setiap kali berkokok membuat harga jual Ayam Ketawa makin mahal. Sampai ada yang memasang harga 5 jutaan seekornya,'' katanya.
Kemudian berguyon, katanya, harganya akan lebih tinggi lagi jika ada ayam yang dapat mengangkat kaki kemudian melakukan gerakan berputar-putar ketika berkokok. Hahaaa...
Masih beragam cerita seputar Ayam Ketawa, tapi baru kali pertama hari ini, Minggu, 13 Nopember 2011, saya menyaksikan langsung tingkah Ayam-ayam Ketawa yang mengikuti lomba 'Kerajinan Ayam Ketawa' di Taman Segi Tiga, Jl.Sultan Hasanuddin, Kota Makassar.
Lomba yang dilaksanakan pihak Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar dalam rangkaian memeriahkan peringatan Hari Jadi Kota Makassar ke 404, serta peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2011, diikuti 300 ekor Ayam Ketawa dari berbagai komunitas Ayam Ketawa di Kota Makassar dan wilayah sekitarnya, seperti dari Kabupaten Gowa, Takalar, Maros, dan Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep).