Mohon tunggu...
Maesaroh
Maesaroh Mohon Tunggu... Penulis lepas

Penulis Lepas:NapasKata Pendamping Pendidikan anak "Menangkap Sinyal Fitrah anak" S1 Jurnalistik UIN Jkt S2 Komunikasi UIN Bdg

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi Orangtua Yang Hadir: Sinergi Bersama Guru dan Murid dalam Pendidikan Bermutu

19 September 2025   17:15 Diperbarui: 19 September 2025   17:00 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai orang tua, sering kali kita terjebak dalam rutinitas sehari-hari. Kita merasa sudah "hadir" dengan menyekolahkan anak, membayar biaya pendidikan, atau sekadar memastikan mereka belajar di rumah. Namun, perlahan saya menyadari bahwa kehadiran lahir tidak selalu sama dengan kehadiran batin. Anak-anak membutuhkan perhatian penuh, bimbingan hangat, serta keteladanan nyata dari orang tua.

Saya pun sering merenung: apakah saya sudah cukup hadir dalam pendidikan anak-anak saya? Di tengah kesibukan pekerjaan dan rutinitas rumah tangga, mudah sekali bagi saya untuk merasa "sudah cukup" hanya dengan memenuhi kebutuhan materi atau memastikan mereka belajar. Padahal, ternyata hadir secara lahir tidaklah sama dengan hadir secara batin. Saya baru menyadari bahwa pendidikan bermutu tidak mungkin tumbuh hanya dari sistem sekolah yang rapi, tetapi juga dari hati orang tua yang sungguh-sungguh mendampingi anaknya.

Pendidikan, sejatinya, bukan hanya soal kelas, buku, dan ujian. Pendidikan adalah proses membentuk manusia seutuhnya beriman, berilmu, dan berakhlak. Namun realitas di era modern yang serba cepat membuat pendidikan sering kali terfragmentasi. Guru sibuk mengejar target kurikulum, orang tua sibuk bekerja, sementara anak berada di persimpangan antara rumah dan sekolah.

Hati kecil saya pun bertanya: mungkinkah ada ruang di mana guru, murid, dan orang tua benar-benar bisa bersinergi? Bukan sekadar menjalankan peran masing-masing, melainkan saling melengkapi dan menguatkan? Jawaban itu akhirnya saya temukan di Kuttab Cimahi, sebuah lembaga pendidikan berbasis Qur'an di Jawa Barat. Di sana, saya mengenal program Belajar Bersama Orangtua (BERSATU) sebuah jembatan komunikasi yang menghubungkan guru, murid, dan orang tua.

Sebagai orang tua, saya merasakan bahwa inilah ruang kolaborasi yang selama ini saya rindukan: sebuah ruang yang menyatukan sekolah dan rumah dalam satu visi, menghadirkan sinergi yang hangat, dan membangun ekosistem pendidikan bermutu yang berangkat dari kebersamaan.

Sinergi yang Membentuk Pendidikan Bermutu

Program BERSATU mengingatkan saya bahwa pendidikan bermutu bukan hanya soal nilai rapor, hafalan, atau prestasi akademik. Lebih dari itu, pendidikan adalah proses membentuk manusia seutuhnya beriman, berakhlak, dan berilmu. Melalui komunikasi sirkular antara guru, murid, dan orang tua, terjadi penyelarasan pola pendidikan yang membuat anak tidak bingung menghadapi dua standar berbeda di sekolah dan rumah.

Setiap dua pekan, anak membawa pulang lembar BERSATU yang berisi panduan iman, Qur'an, dan akhlak. Saya diminta menuliskan pengalaman anak sehari-hari, lalu lembar tersebut kembali kepada guru untuk ditanggapi. Rasanya sederhana, tetapi berdampak besar. Anak merasa konsisten didukung, guru mendapat masukan langsung dari rumah, dan saya sebagai orang tua merasa tidak sendirian.

Lebih jauh, saya menyadari bahwa pola komunikasi seperti ini mencegah pendidikan menjadi sekadar formalitas. Pendidikan berubah menjadi pengalaman hidup yang nyata, karena apa yang diajarkan guru bersambut dengan apa yang dipraktikkan di rumah. Anak tidak lagi melihat kontradiksi antara pesan sekolah dan perilaku orang tua, melainkan menemukan kesinambungan yang menumbuhkan kepercayaan diri.

Kisah Nyata yang Menguatkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun