Sambil menikmati kopi di sore hari, kupersilakan rekanku menikmati pula roti yang tersaji. Sebelum membuka bungkusnya, dia menunjukkan roti itu ke arahku. "Roti ini mungkin bukan yang terbaik, tapi roti ini adalah sang pemenang!" ujarnya kemudian.
Sebuah 'quote' yang menarik dan cukup menggelitik. Siapa yang tidak kenal dengan merk jajanan tersebut? Produknya bertebaran memenuhi rak-rak mini market di seantero wilayah kecamatan hingga warung-warung di pelosok kampung.
Meskipun secara brand image belum sekaliber merk minuman yang telah menjadi 'sinonim' baru bagi segala jenis kemasan air mineral.
Periode Offline ke Online
Alvin Toffler menyebut bahwa setelah berakhirnya era agraris dan industri, kita memasuki fase gelombang ketiga dalam peradaban manusia, yaitu abad informasi. Era dimana informasi memegang peranan yang sangat vital. Pertumbuhan teknologi digital dalam peradaban informasi ini telah merambah segala aspek kehidupan.
Menurut hasil studi Polling Indonesia yang bekerja sama dengan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia tumbuh 10,12%.Â
Sementara hasil riset Wearesocial Hootsuite yang dirilis medio Januari 2019 menunjukkan, pengguna sosial media di negeri ini telah mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total populasi. Jumlahnya naik 20% dari survei sebelumnya. Untuk pengguna gawai (gadget) mencapai 130 juta atau sekitar 48% dari populasi. (databoks, 2019)
Lalu apa hubungannya kutipan di awal dengan digitalisasi informasi ini?
Sering kita mendengar bahwa periode sekarang adalah era 4.0. Sebuah zaman yang berbeda dengan zaman sebelumnya. Ini adalah periode perubahan dari tradisional ke digital. Dari offline ke online. Semua sudah serba canggih. Serba digital. Termasuk dalam menawarkan suatu produk.
Menentukan Pilihan
Dalam tayangan "Belajar Marketing 4.0 dari Hermawan Kartajaya" di kanal youtube Marketeers, dapat disimpulkan bahwa metode penawaran suatu produk itu berbeda di masing-masing periode.