Mohon tunggu...
Muhammad Abdur Rahman
Muhammad Abdur Rahman Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Muslim selamanya. Pembelajar selamanya. Alumni Akuntansi FEB UGM. Ayahnya Maryama.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

The Science of Consistency; One of secrets to be Istiqamah

3 Desember 2013   11:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:23 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Manusia pada dasarnya menyukai karakter Konsisten, baik terhadap konsistensi yang ada pada orang lain maupun konsistensi yang ada pada dirinya sendiri. :)

Saya sepakat dengan definisi karakter konsisten sebagai KEMAMPUAN dan KEMAUAN untuk "melakukan apa yang sudah dikatakan" secara berkelanjutan. Bahasa lainnya; Walk the Talk.

Coba diingat, pernahkah kita ditanya oleh orang lain tentang karakter diri sendiri? Bagaimana kita bersikap terhadap sesuatu? Apa core-beliefs yang kita pegang? dll....

Kemudian apa jawaban kita terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut? :)

Nah, disini uniknya.... Apapun jawaban kita setiap ditanya dengan pertanyaan-pertanyaan serupa, secara langsung dan tidak langsung akan menjadi standard perilaku kita terhadap orang-orang yang bertanya. Ketika kita menyatakan kelebihan-kelebihan kita kepada seseorang, maka jika di kemudian hari kita berinteraksi dengan orang tersebut kita akan menuntut diri sendiri untuk bersikap sebagaimana kelebihan-kelebihan yang dulu diutarakan!

contoh; "Saya ini orangnya selalu senang sama anak kecil :D" >>> setiap kali ada anak kecil di sekitar anda, anda akan terdorong untuk merasa senang dengannya, tidak peduli karena memang senang ataupun karena memaksakan diri untuk senang dengan anak-anak. Perasaan senang itu bisa dimunculkan secara sadar kok. Dan ketika kita sudah cukup lama menjebak diri kita dengan pernyataan yang kita buat sendiri sebelumnya, lama kelamaan kita akan merasa senang dengan anak kecil secara otomatis. Rumusnya kalau kata Aa' Gym; berawal dari paksaan, kemudian jadi kebiasaan, akhirnya jadi irama hidup~

Hal yang serupa terjadi ketika kita menyatakan kekurangan-kekurangan kita kepada orang lain. Jika di kemudian hari kita mempunyai peluang melakukan kesalahan terkait di depan orang itu, maka kita akan lebih cenderung membiarkan diri kita salah karena kita telah mewajarkan diri sendiri terhadap kekurangan yang dimaksud.

contoh; "Aku di kelas selalu mengantuk kalau sudah lebih dari 30menit!" >>> Maka apa yang akan terjadi di kelas setelah lebih dari 30 menit? Kita akan mengantuk! bukan selalu karena memang butuh tidur, tapi karena kita ingin tidur :D. Pikiran kita membentuk kelakuan diri sendiri. Dengan menyatakan dan meyakini kalau memang kita adalah orang yang akan mengantuk setelah 30menit di kelas, maka kita membenarkan rasa ngantuk itu untuk selalu hadir, dan kemudian kita mewajarkan diri untuk tidur.

Kita bisa membentuk kepribadian kita sendiri! Yakini saja itu.

Tuliskan karakter-karakter diri sendiri yang kita inginkan ke depannya, atau sampaikan semua itu ke orang lain. Kemudian jangan dilupakan, dengan melakukan hal-hal tersebut kita sudah menanam bibit konsistensi terhadap sesuatu di alam bawah sadar. Langkah selanjutnya adalah senantiasa mengingatkan diri kita untuk konsisten secara sadar terhadap yang sudah kita katakan.

Dan yang paling penting, niatkan semuanya sebagai langkah perbaikan diri dari sekarang, besok, sampai mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun