Baru sejenak saja senyum mekar dan berseri-seri dari raut wajah purwanto, untuk melengkapkan kebahagiaan dan kegembiraannya, ia mengajak sahabat dekatnya untuk keluar mencari suasana baru sebagai bagian dari perpisahannya dengan sahabat dekatnya karena maklum besok harinya pelaksanaan wisuda kaderisasi ulama' yang ia ikuti.Â
Qadarullah.. wa maasya'a Fa'ala, ia kembali diuji oleh Allah, sejauh mana keimanan ia kepada sang Khaliq, semakin besar keimanan seseorang maka semakin besar pula ujian yang akan diterimanya.Â
Ibarat sebuah pohon, semakin tinggi menjulang maka terpaan angin akan semakin besar.Â
Tiada ujian yang diberikan kepada seseorang hamba melainkan sesuai dengan kemampuan hambaNya.Â
Hal yang manusiawi ketika seseorang diberikan ujian, ia merasa sedih, menangis, hal yang wajar bahkan Rasulullah Saw sendiri ketika anaknya meninggal, ia pun bersedih, mata menangis, hati bersedih, berpisah denganmu Ibrahim (putra Rasulullah yang meninggal).
Hal demikian juga yang dialami purwanto, terlihat dari raut wajahnya, yang sedih, matanya berkaca-kaca, memerah karena menahan perih yang ia rasakan, senyumnya yang sempat mekar semekar bunga mawar kembali sirna.Â
Ujian silih berganti ia alami, Â mulai dari mobilnya yang belum selesai diservis, ketika ia keluar bersama teman dekatnya qadarullah, di jalan raya, ban mobilnya copot dan lepas dari tempatnya, sampai ia merasa trauma untuk menggunakan mobilnya.
Semoga ia diberikan ganti yang lebih baik, kita tidak tau kejutan apa yang akan Allah siapkan untuknya, karena kehidupan seseorang selalu dalam keadaan yang baik. Â
Jika ia mendapatkan sebuah keni'matan lalu ia syukuri nikmat tersebut maka itu baik baginya begitu juga sebaliknya jika ia diberikan ujian, cobaan, musibah, dan ia mampu bersabar menerima takdir dari Allah maka itu pun baik baginya.Â
Sebagai bentuk dari keimanan kita pada rukun Iman yang keenam yaitu beriman kepada Qada' dan Qadar.Â