Mohon tunggu...
little fufu
little fufu Mohon Tunggu... Jurnalis - Pembelajar aktif

manusia sanguin kholeris yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berdamai dengan Burung Alfabet, Mungkinkah?

21 Oktober 2020   21:00 Diperbarui: 21 Oktober 2020   21:08 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kirani.id/bunda-yuk-kenali-gejala-disleksia-pada-si-kecil/

Jujur, tidak berani dalam menyimpulkan terlalu cepat, tu hanyalah dugaan sementara yang tentunya perlunya melakukan tes untuk hasil pastinya. Dugaan saya diperkuat dengan ketika Putra hendak membaca soal, dia terlihat kesusahan. Meskipun dia dapat membaca, namun membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membaca satu baris soal.

Untuk memastikan dugaan tadi, saya memutuskan untuk mencoba membaca ulang materi terkait disleksia. Di salah satu e-book yang saya miliki, disana menjelaskan bahwa disleksia merupakan gangguan pada pengelihatan dan pendengaran yang disebabkan oleh kelainan saraf pada otak. Sehingga anak mengalami kesulitan membaca.

Namun, yang terjadi sebenarnya adalah seseorang tidak mampu membedakan bunyi fonetik penyusun sebuah kata. Indera pendengar mereka menangkap, namun ketika dipersilahkan untuk menuliskannya mereka mengalami kesulitan.

Mereka yang disleksia adalah cenderung condong secara visual nya, memiliki intuisi yang tinggi dan memiliki pemikiran yang multidimensional. Jadi, apabila ada yang mengatakan bahwa disleksia adalah suatu ketidakmampuan intelektual, tentu saja itu salah besar. Sejatinya mereka memiliki hambatan saja dalam proses membaca dan menulis.

Contoh yang banyak dijelaskan dibeberapa tulisan yang setidaknya dapat mendeteksi apakah dia menyandang disleksia atau tidaka dalah dengan memberikan buku bergambar kepada anak yang tidak pernah dilihat sebelumnya, kemudian Anda memintanya untuk membacakan buku tersebut.

Jika anak menceritakan buku tersebut sesuai dengan gambar dan certa yang disampaikan tidak berkaitan, maka hal tersebut dapat menjadi salah satu tanda anak mengalami disleksia.

Kabar baiknya adalah disleksia dapat disembuhkan atau dtangan. Tentunya dengan cara-cara yang berbeda. Hal tersebut mengingatkan saya pada salah satu film sudah saya lihat lebih dari 5 kali, namun anehnya air mata tersebut tetap meneteskan air mata haru.

Film tersebut adalah Taare Zameen Par (2009). Film yang mencertakan seorang anak berumur 9 yang menyandang disleksia namun orang tua nya tidak mengetahui hal tersebut, akibatnya mereka hanya men-cap anak tersebut sebagai anak yang bodoh.

Ya, seperti yang dijelaskan sebelumnya, anak tersebut memliki intuisi yang sangat tinggi, diapanda melukis, tidak pernah gagal dalam memvisualisasi sesuatu yang hendak di visualkan. Namun pada akhirnya dia dapat membaca layaknya anak-anak yang lain berkat satu guru yang begitu perhatian dengan siswanya.

Ingin tahu bagaimana anak tersebut dapat menerobos hambatan yang dia milik? Guru yang begitu perhatian tersebut menggunakan pendekatan sesuai dengan apa yang anak sukai. Maksudnya?

Jadi begini, anak tersebut begitu tertark dengan dunia gambar-menggambar, kemudan guru tersebut memanfaatkan minat anak tersebut sebagai media dalam penyampaian materi berkenaan dengan huruf dan membaca. Pembelajaran menjadi menyenangkan dan anak tidak merasa terbebani oleh embel-embel belajar. Padahal sejatinya apa yang sedang meraka lakukan adalah proses pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun