Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Inilah 4 Keunikan Wisata Ngawonggo yang Viral di Malang

21 Februari 2021   18:28 Diperbarui: 21 Februari 2021   18:50 7375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penganan dari bahan tepung ketan putih atau beras itu dibungkus dengan bentuk tempelang. Kecuali kue jemblem, dibiarkan telanjang di atas piring, hehe :)

Aneka jajanan pasar di Tomboan Ngawonggo|Dok. Pribadi
Aneka jajanan pasar di Tomboan Ngawonggo|Dok. Pribadi
Penganan ala Tomboan Ngawonggo|Dok. Pribadi
Penganan ala Tomboan Ngawonggo|Dok. Pribadi
Unik. Dalam tradisi Jawa, setiap makanan dibungkus dengan cara yang berbeda sesuai peruntukannya. Misalnya, sebutan pincuk untuk bungkus nasi pecel. Bahannya terbuat dari daun pisang. Membuatnya dengan cara melipat daun pisang hanya di salah satu bagian ujungnya, kemudian disematkan lidi sebagai penguncinya.

Selain itu ada takir untuk bungkus nasi; besek untuk tempat makanan oleh-oleh. Masih banyak sebutan lainnya, seperti samir, sumpil, pinjung, tempelang, dan lain-lain.

Saat saat berada di dalam area Tomboan Ngawonggo, saya menyaksikan para pengunjung asyik bersantai di gubuk-gubuk itu. Mereka ngobrol sembari menikmati menu kuliner khas Tomboan Ngawonggo yang bikin kangen itu.

"Saya ke sini sudah beberapa kali, tapi nggak bosan-bosan, Mas", demikian pengakuan seorang Kompasianer asal Kebonagung kepada saya ketika hendak berangkat bersama dari titik kumpul.

Versi saya, nggak enaknya adalah lokasinya seperti "Misbar", alias kalau gerimis bubar. Tapi segala keunikannya, mampu menutupi kekurangan ini. Jadi, nggak rugi saya ke sini.

3. Keunikan Praktik Bayar Seikhlasnya

Keunikan spesial lainnya adalah pelanggan bayar seikhlasnya. Pria berambut panjang itu menuturkan filosofinya kepada kami berikut ini.

"Kami menganggap para pengunjung yang datang kemari adalah para tamu. Kami melayani para tamu. Jadi, kami tidak memberikan tarif harga untuk tamu-tamu kami. Ini bukan transaksi jual beli. Karena itu, mereka bebas memberi seikhlasnya".

"Apa ada yang sudah reservasi, lalu tidak jadi datang ke sini"?

Begitu tanya salah seorang rekan kami. "Ada", jawabnya. "Tapi tak mengapa. Bersyukur, sampai saat ini Tomboan Ngawonggo masih bisa berjalan. Kami bersyukur, masih dapat membantu sebagian anak-anak yatim piatu dan rumah ibadah", ia menambahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun