Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sensasi Menginap di "Kamar Kapsul Wood Lot Hostel" bersama Bolang

7 Maret 2018   15:07 Diperbarui: 7 Maret 2018   20:53 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di Kampung Warna Wari Jodipan, Malang/Dokumen Pribadi

Self Service, Belajar Melayani Diri Sendiri Saat di Hostel

Jika pengunjung ingin minum kopi atau teh, Wood Lot Hostel menyediakannya setiap saat. Namun sifatnya self service, yakni pengunjung membuat minuman sendiri yang bahan-bahannya sudah tersedia secara free,seperti bubuk kopi, teh tarik, air panas, gula, dan peralatannya. Demikian halnya saat saya harus menikmati simple breakfast, saya membakar roti sendiri dengan bahan dan peralatan yang sudah disiapkan.

Malam itu, kebetulan saya lebih memilih keluar hostel dan ngobrol bersama sesama kompasianer di sebuah kedai kecil bersama Bang Dizzman. Saya cukup berkesan dengan kompasianer asal Jakarta ini yang easy going, rela terbang langsung dari Jakarta ke Malang demi bisa bersilaturrakhim dengan kawan-kawan Kompasiana Malang. Terima kasih atas sharingnya, Bang!

Semalam di KamarKapsul No. 37

Malam kian larut. Kawan-kawan sudah bersiap  istirahat di kamar kapusl luxury masing-masing. Kebetulan, saya mendapatkan kamar nomor 37. Tiap kamar tersedia lampu temaram unik, dilengkapi dengan colokan listrik untuk ngecharge HP, tablet, atau laptop. Menginap di hostel Wood Lot berasa hoomy, laiknya di rumah sendiri.

Suasana di dalam kamar kapsul No. 37, tempat saya bermalam/Dokumentasi Pribadi
Suasana di dalam kamar kapsul No. 37, tempat saya bermalam/Dokumentasi Pribadi
Meski kamar-kamarnya bertingkat seperti asrama, namun kesannya jauh dari kondisi yang membuat phobia ruang sempit. Pasalnya, pintu masuknya sengaja didesain dari samping, terasa lebih luas. Begitu juga masih bayak ruang-ruang terbuka di dekat kamar-kamar kapsul itu, ada ruang baca, ruang rehat, ruang lobby, dan lain sebagainya yang begitu homy.

Meja kursi seperti ruang keluarga ini berada di Lt-2 Hostel Wood Lot/Dokumentasi Pribadi
Meja kursi seperti ruang keluarga ini berada di Lt-2 Hostel Wood Lot/Dokumentasi Pribadi
Boleh dibilang, hostel ini begitu memanjakan para tamunya. Pasalnya, banyak ruang terbuka di dalam gedung yang sengaja dikosongkan agar tamu tak merasa tinggal di ruang sempit seperti kesan umum terhadap penginapan backpacker. Tak berlebihan, jika Wood Lot hostel memiliki kelebihan soal itu.

Menginap ramai-ramai sekaligus saling berbagi pengalaman itu keren! Berkat menginap bersama di hostel Wood Lot, kawan-kawan kompasianer berencana bertemu lagi di event berbeda untuk membuat acara yang tak kalah menariknya di pertengahan Maret 2018.

Ngobrol santai di lobby Wood Lot Hostel/Dokumentasi Pribadi
Ngobrol santai di lobby Wood Lot Hostel/Dokumentasi Pribadi
Semoga komunitas Kompasiana makin hidup. Salam hangat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun