Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Spirit Wirausaha Susu Menyala di Brau, Dusun Bekas IDT di Kota Batu

8 Agustus 2017   10:16 Diperbarui: 27 Agustus 2017   03:40 2552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sapi pedet saat menghabiskan susu segar|Dokumentasi Pribadi
Sapi pedet saat menghabiskan susu segar|Dokumentasi Pribadi
Menurut penjelasan Pak Munir, tiap keluarga (suami isteri) normalnya memiliki lima ekor sapi perah, sehingga sapinya bisa diperah secara bergantian agar produksi susunya stabil sepanjang tahun.

Sebagai gambaran, setelah sapi dara bunting dan siap diperah, lama produksinya sekitar 8-9 bulan. Paska itu, sapi dibiarkan dalam kondisi "kering" (tidak diperah) selama beberapa saat hingga sapinya siap bunting lagi. Setelah bunting, pedetnya dipisahkan. Induknya baru diperah lagi, begitu seterusnya.

Kreatif Manfaatkan Eksotika Hutan Pinus

Pos penampungan pusat untuk susu segar, berada di kator koperasi susu. Lokasinya berdekatan dengan hutan pinus, tempat wisata Goa Pinus berada.

Melihat potensi wisata di kawasan ini kian berkembang, maka Munir, dkk berinisiasi untuk mendirikan wahana wisata alam bertema "Rumah Papua" (2017) dengan melakukan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Koperasinya dengan pihak Perhutani setempat.

Situasi Dusun Brau mulai lengang. Warga yang menyetorkan susu sudah kembali ke rumah masing-masing. Begitu pula dengan para petugas koperasi susu sudah bersiap undur diri. Mesin pendingin otomatis buatan Perancis telah bekerja untuk menstabilkan susu. Di akhir pertamuan sekitar pukul 18.30 Wib, kami bersiap mohon diri.

Suasana perumahan penduduk di Dusun Brau|Dokumentasi Pribadi
Suasana perumahan penduduk di Dusun Brau|Dokumentasi Pribadi
Satu tenteng tas kresek berisi jeruk manis segar diberikan kepada kami. "Ini anak saya, alhamdulillah sudah lulus S2", begitu kata Munir sembari memperkenalkan putri sulungnya jelang kami mohon diri. "Kami bisa seperti ini, berkat menabung dan merawat susu...", begitu kalimat penutup yang sempat saya ingat di akhir kunjungan singkat itu.

Kenangan indah yang tak terlupakan dengan Dusun Brau. Meski dusun itu bersembunyi di balik bukit, namun bisa berkembang menjadi sentra susu. Bahkan baru-baru ini telah berdiri wahana wisata alam bertema "Rumah Papua".

Hal itu tak lepas berkat peran wirausahawan lokal seperti Munir dan kawan-kawannya. Ia bersedia menyalakan spirit wirausaha di dusun tempat ia dibesarkan. Semoga spirit wirausaha tetap menyala di Dusun Brau yang pro ekonomi kerakyatan. 

-------

Lihat videonya, di sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun