Mohon tunggu...
M. Rayhan Priyadinata
M. Rayhan Priyadinata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Mahasiswa semester 2 Universitas Airlangga yang memiliki ketertarikan tinggi dalam jurnalisme.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Perkembangan Perangkat Keselamatan dalam Formula 1

22 Juni 2022   21:05 Diperbarui: 22 Juni 2022   21:07 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh: Wikimedia Commons

Formula 1 atau yang biasa dikenal dengan F1 adalah kelas balapan mobil prototype single seater. Dijuluki sebagai The Pinncale of Motorsport (kelas balapan tertinggi dalam skena motorsport). Balapan dalam Formula 1 terdiri dari sejumlah seri per musimnya yang dikenal dengan istilah Grand Prix. Terdapat 2 jenis lintasan balap dalam perlombaan yaitu menggunakan sirkuit atau jalanan umum yang dirombak agar bisa menjadi lintasan balap. Sistem dalam pertandingan ini adalah perolehan poin terbanyak untuk memperoleh gelar juara dunia pembalap dan juara dunia konstruktor.

Gelar juara dunia pembalap pertama dalam Formula 1 dimenangkan oleh pembalap asal Italia, Emilio Giuseppe Farina pada tahun 1950. Ia berhasil memperoleh gelar juara tersebut dengan mobilnya Alfa Romeo. Pada waktu itu, Farina berhasil mengalahkan rekan setimnya, salah satu legenda dari Formula 1, Juan Manuel Fangio. Pada tahun 1951, Juan Manuel Fangio berhasil memenangkan gelar juara dunia dan empat kali pada enam tahun berikutnya. Fangio menjadi legenda yang mendominasi kommpetisi selama bertahun-tahun.

Pada era modern, mobil Formula 1 dapat mencapai kecepatan 372.5 km/jam (231.4 mph) yang dimana itu adalah rekor kecepatan tertinggi dalam sejarah Formula 1 yang dipegang oleh pembalap Finlandia, Valtteri Bottas. Hal inilah yang menjadi bukti mengapa Formula 1 merupakan ajang balap mobil termahal dalam produksi maupun penyelenggaraannya. Formula 1 sendiri dinaungi oleh Fédération Internationale de I’Automobile (FIA) sebagai pengatur jalannya olahraga ini.

Dengan kecepatan yang mencapai 300 km/jam bahkan bisa lebih, tidak heran jika Formula 1 merupakan salah satu olahraga yang sangat berbahaya. Berbagai macam kecelakaan bisa terjadi mulai dari tabrakan, terbakar, dan kecelakaan lain yang bisa terjadi. Kecelakaan ini tidak hanya terjadi pada saat balapan berlangsung saja, namun juga biasa terjadi pada saat sesi Latihan bebas dan kualifikasi. Kecelakaan yang terjadi seringkali berakibat fatal, tidak hanya cedera berat yang dialami oleh pembalap, kehilangan nyawa juga bisa terjadi dalam balapan. Salah satu kasus kematian yang masih sangat membekas dalam ajang perlombaan ini adalah kecelakaan yang dialami oleh salah satu legenda dalam Formula 1, Ayrton Senna da Silva (1960 – 1994). Ayrton Senna meninggal di GP San Marino pada tahun 1994. Seorang pembalap yang berhasil memperoleh gelar juara dunia sebanyak 3 kali. Penyebab dari kecelakaan Ayrton Senna adalah mobil yang mengalami understeer sehingga keluar mendadak pada tikungan Tamburello dengan kecepatan 310 km/jam dan menghantam tembok.

Kematian seorang Ayrton Senna membuat FIA memutar otak untuk memperbaiki system keamanan pada balapan. Kecepatan mobil yang mulanya merupakan atraksi utama balapan mulai dikendalikan. Berbagai macam tikungan  yang dianggap berbahaya dipensiunkan serta seluruh aspek keselamatan yang ada di sirkuit ditingkatkan. Untuk meminimalkan kecelakaan, FIA bekerja sama dengan tim-tim yang berkompetisi di Formula 1 untuk bekerja sama dalam mengembangkan safety regulation. Seiring berkembangnya olahraga ini, dibentuklah berbagai macam regulasi baru dan perangkat keselamatan baru sebagai upaya peningkatan keselamatan pembalap.

Salah satu perangkat keselamatan adalah Halo. Halo mulai diperkenalkan pertama kali pada tahun 2016 dan menjadi regulasi perangkat keselamatan yang wajib digunakan pada musim 2018. Namun, pada awalnya banyak penggemar Formula 1 yang kurang setuju dengan pengimplementasian Halo karena dianggap merusak nilai estetika mobil Formula 1. Tidak hanya penggemar balap saja yang tidak setuju dengan adanya Halo ini, melainkan pembalap juga ada yang kurang suka dengan pengimplementasiannya. Salah satunya adalah juara dunia 7 kali, Lewis Hamilton.

Salah satu opini yang menentang penggunaan Halo pada saat itu adalah karena Halo dianggap menyulitkan proses evakuasi pembalap jika terjadi kecelakaan. Halo juga dinilai mengganggu visibilitas pembalap. Dalam studinya, FIA mengatakan bahwa tingkat keselamatan yang dihasilkan oleh Halo adalah 17 persen setiap waktu.

Salah satu peristiwa yang mengakhiri perdebatan mengenai Halo adalah insiden yang terjadi pada tahun 2018 yaitu pada saat balapan diselenggarakan di Belgia. Pada saat itu, mobil McLaren yang dikemudikan Fernando Alonso terbang tepat di atas Charles Leclerc yang mengemudikan mobil Alfa Romeo. Namun, puncak akhir perdebatan mengenai Halo adalah kecelakaan mengerikan yang dialami Romain Grosjean pada GP Bahrain 2020. Insiden itu merupakan insiden yang sangat fatal dimana mobil Romain Grosjean menghantam pembatas besi. Bagian yang menghantam pembatas besi pertama kali adalah Halo. Jika tidak ada Halo, maka akan terjadi kontak langsung antara helm Romain Grosjean dan pagar pembatas yang dimana hal tersebut akan berujung pada kematian. Mobil HAAS yang dikemudikan Romain Grosjean hancur total. Romain Grosjean dianggap sebagai orang yang sangat beruntung karena bisa selamat dari sebuah kejadian yang mengerikan.

Jika melihat kilas balik dari tanggapan Lewis Hamilton yang kurang setuju dengan adanya Halo, Hamilton mungkin akan menarik kembali kata-kata tersebut. Karena pada saat GP Italia 2021 dimana Lewis Hamilton pada saat itu sedang beradu ketat dengan Max Verstappen untuk perebutan gelar juara dunia. Saat memasuki lap ke-26, keduanya saling beradu untuk memperebutkan posisi pada tikungan pertama, kedua pembalap tersebut bertabrakan satu sama lain sehingga mobil Red Bull yang dikemudikan Max Verstappen mendarat tepat di atas mobil Mercedes yang dikemudikan Lewis Hamilton. Ban belakang dari Red Bull yang dikemudikan Max Verstappen sempat mengenai helm Lewis Hamilton. Namun, untungnya karena ada Halo, tidak terjadi kecelakaan atau cedera yang serius.

Apa pun opini mengenai Halo, faktanya, cincin yang terbuat dari titanium di atas kokpit pembalap tersebut memiliki peran yang sangat vital dalam melindungi kepala dan keselamatan pembalap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun