Jika ada yang bikin kesal, itu adalah sikap keras kepala Mansu dalam memilih pekerjaan barunya. Sempat mengambil pekerjaan kasar, ia terpaksa berhenti demi mengikuti interview kerja. Semua hanya karena calon pekerjaan barunya ada hubungannya dengan kertas, bidang yang sangat dikuasainya.Â
Namun sikap keras kepala ini nggak hanya ada pada Mansu. Dua kandidat lainnya juga punya sikap keras kepala yang sama. Mereka bertiga sepakat, pokoknya mereka harus bekerja di perusahaan kertas.Â
Hal ini seperti menyoroti fenomena yang terjadi di kalangan boomers. Dianggap sebagai generasi yang menjunjung loyalitas pada perusahaan, nggak heran jika mereka sanggup menjalani pekerjaan yang sama selama puluhan tahun.Â
Keengganan buat belajar hal baru dan mencari visi yang lain, bikin pekerjaan yang mereka tekuni lama-kelamaan menjadi identitas mereka. Bagian nggak terpisahkan dari mereka.Â
Makanya, nggak aneh, bagi mereka kehilangan pekerjaan itu seperti kehilangan jati diri. Dan ketika mencoba pekerjaan di luar itu, mereka merasa asing.Â
Fenomena ini juga mencerminkan masalah masyarakat modern. Soal bagaimana kapitalisme mereduksi sisi kemanusiaan kita. Kini manusia dilihat bukan sebagai manusia. Melainkan dilihat dari apa pekerjaan dan berapa penghasilan yang dihasilkannya. Â
Ya, kapitalisme, melalui pekerjaan, mengubah manusia menjadi roda penggerak ekonomi. Alat untuk memutarkan modal dari pemilik kapital.Â
Dalam sistem kapitalisme, kemanusiaan adalah benda asing yang nggak dikenal. Ketimbang menjaga kemanusiaan, mereka lebih suka menjaga angka-angka.Â
Kertas sebagai Simbol yang Usang