Ketika saya masuk jurusan RPL (Rekayasa Perangkat Lunak), pikiran saya langsung membayangkan bikin aplikasi Android, web e-commerce, atau sistem informasi kampus. Pokoknya semua yang punya UI, backend, dan mungkin pakai framework JavaScript kekinian. Tapi saya gak pernah membayangkan kalau ternyata ilmu RPL bisa digunakan untuk mengembangkan sistem keamanan jaringan sensor nirkabel (Wireless Sensor Networks / WSN) yang biasa dipakai di bidang militer, pertanian, hingga sistem bencana.
Hal itu saya temukan saat membaca artikel ilmiah berjudul "Integrating Software Engineering Processes in the Development of Efficient Intrusion Detection Systems in Wireless Sensor Networks" oleh Iman Almomani & Afnan Alromi yang dipublikasikan di jurnal Sensors (2020). Artikel ini benar-benar membuka mata saya soal betapa luasnya aplikasi dari prinsip-prinsip rekayasa perangkat lunak.
Wireless Sensor Networks (WSNs) dan Masalahnya
WSN adalah kumpulan node sensor kecil yang tersebar di area tertentu dan saling terhubung untuk memonitor lingkungan. Contohnya bisa dipakai buat:
Deteksi kebakaran hutan
Pemantauan cuaca ekstrem
Pemantauan keamanan militer
Tapi, WSN punya keterbatasan besar: energi. Karena node-nya kecil, biasanya pakai baterai. Kalau baterainya habis, ya udah... gak bisa dipakai lagi. Selain itu, karena jaringan ini sering diletakkan di alam terbuka dan gak dijaga langsung, mereka juga sangat rentan terhadap serangan siber.
Untuk itu, banyak ilmuwan bikin Intrusion Detection Systems (IDS) khusus buat WSN. Sayangnya, kebanyakan IDS tersebut tidak menggunakan pendekatan rekayasa perangkat lunak (software engineering) yang sistematis. Alhasil, banyak sistem yang boros energi, tidak efisien, bahkan gak tahan lama.
Apa Solusinya? Masukkan RPL ke dalam Rancangannya!
Artikel ini dengan gamblang menunjukkan bahwa kalau kita menerapkan proses pengembangan perangkat lunak yang benar, hasilnya bisa jauh lebih efisien.