Meski tidak banyak tercatat dalam literatur arus utama sejarah ulama Sumatra Utara, penelitian lapangan dan wawancara dengan keturunannya (Syekh Ibrahim Ali) mengungkapkan bahwa Syekh Silau Laut memiliki jaringan pendidikan yang luas, mulai dari Batu Bara hingga ke Mekkah. Artikel ini bertujuan menelusuri pendidikan dan guru-guru beliau, serta menempatkan posisinya dalam jaringan ulama Nusantara--Haramain.
Pendidikan dan Guru-Guru Syekh Silau Laut
1. Pendidikan Lokal
Sejak kecil, Syekh Silau Laut sudah mendapat pendidikan dasar agama dari seorang guru di Kampung Lalang, Batu Bara. Pada usia 8 tahun ia belajar mengaji, dan sejak usia 15 tahun mulai terbiasa melakukan khalwat untuk memperdalam zikir.
2. Minangkabau
Pada usia remaja (17 tahun), beliau merantau ke Minangkabau dan berguru kepada Syekh Jambek, seorang ulama besar Bukittinggi. Dari sini, ia mendalami fiqh Syafi'i, tauhid, dan tasawuf.
3. Aceh
Perjalanan intelektualnya berlanjut ke Aceh, meski nama gurunya tidak tercatat jelas. Namun, Aceh dikenal sebagai pusat pengembangan tarekat Syattariyah dan Naqsyabandiyah, sehingga pengalaman ini memperkuat kecenderungannya pada dunia tasawuf.
4. Pattani
Di Pattani, Thailand Selatan, beliau belajar kepada Syekh Wan Mustafa dan Syekh Daud Fathani. Kedua ulama ini dikenal sebagai penghubung penting antara tradisi keilmuan Melayu dan Haramain. Dari mereka, Syekh Silau Laut memperoleh dasar kuat dalam tasawuf dan tarekat Satariyah.