Mohon tunggu...
Sumar Setiadi
Sumar Setiadi Mohon Tunggu... -

saya lahir di desa tangkil, kec.kemalang, kab.klaten

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Setetes Darah dan Penjual Melon

13 November 2014   18:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:53 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini seperti biasa aku melakukan aktifitasku, tidak ada yang spesial, cuma hari ini adalah hari jumat, sabtu - minggu adalah hari libur yang berarti hari untuk anak dan istriku di rumah, hari ini sangat terik karna kota jogja beberapa hari ini memang sangat panas, setelah sholat jumat aku melihat Hp ada sms dari istriku"yah pulang nantibeli buah ya, dia buat es buah kayaknya seger besok pas kumpul sama anak- anak kata istriku" ok siap buk jawabku, setelah jam kantor aku melajukan sepeda motorku ke arah klaten, tiba di daerah kalasan aku melihat sebuah mobil picup dengan banyak melon segar bertuliskan "10.000 dpt 3", wah murah sekali fikirku, aku putuskan untuk berhenti untuk membeli melon itu, aku buka helm dan masker kemudian aku mendekat ke si ibu ibu setengah baya penjual melon itu. Bu maaf kalau beli satu aj boleh, karna kalau beli 3 takut ga kemakan jadinya mubazir harganya saya manut kata saya, si ibu dengan sangat ramah sambil tersenyum bilang boleh pak, tapi kok aku merasa ada yang aneh tatapan ibu itu seakan menyelidiku, harganya pinten ngeh buk tanya saya, maaf pak boleh saya bertanya kata si ibu sambil tetap menatapku dengan tajam yang membuat saya jadi merasa agak ga enak, tapi saya coba menyembunyikan perasaan itu dan berkata, boleh bu ada yang bisa saya bantu, si ibu itu berkata ngapunten nek klentu ngeh mas, asmane njenengan niku sumar , bengong saya di buat si ibu kok bisa tau nama saya batin saya kemudian saya jawab ngeh bu leres kulo sumar, ngapunten ngeh bu kulo kok kesupen kaleh njenengan si ibu itu tersenyum penuh keceriaan dan menarik tangan perempuan muda yang ada di sebelahnya, ini mas sumar ayo nduk bilang makasih sama mas ini, dia yang dulu menyelamatkan nyawamu, si gadis muda itupun mendekat dengan senyum yang merekah di wajahnya berkata mas trimakasih telah mau menyumbangkan darah utuk saya dan membantu ibu saya waktu di rumah sakit, saya terdiam sejenak dan mencob mengingat - ingat siapa sebetulnya 2 perempuan ini, sepertinya dua perempuan itu melihat gelagat saya, si ibu itu kemudian berkata, nak sumar lupa dengan saya kata belio, njeh bu saya benar benar lupa, kemudian belio melanjutkan bercerita

Hampir lima tahun lamanya memang kejadian itu, ketika itu yuniar terkena Demam berdarah dan harus segera di bawa ke Rs, karna ibu ini ga bisa baca dan tulis untuk mengurus administrasi dan ibu juga ga bawa uang cash untuk membayar semua biaya, ibu hanya bisa menngis dan kamu yang sama sekali tidak menegnal ibu mendekati ibu lalu menawarkan bantuan untuk menguruskan administrasi dan kamu juga membayarkan semua uang muka untuk biaya perawatan yuniar dan aku tau itu tidak sedikit, dan kamu juga orang yang rela menyumbangkan darahmu untuk anaku karna stok darah di Rs itu habis, kamu mungkin lupa nak dengan kejadian itu tapi ibu akan ingat semumur hidup ibu, ibu merasa bersalah karna waktu itu ibu belum sempat mengucapkan trimakasih, waktu itu ibu hanya memikirkan kondisi yuniar yang kritis, maafkan ibu yang tidak tau trimakasih ini nak, sambil meneteskan air mata ibu itu melanjutkan ceritanya

ketika yuniar sudah di tangani dokter dan mendapatkan transfusi darah ibu baru teringat dngan mu ibu mencarimu tapi kamu sudah ga ada, tidak ada alamat atau nomor Hp yang bisa di hubungi, dan hari ini tuhan menjawab semua doa - doa ibu, biar ibu bisa bertemu denganmu dan mengucapkan terimakasih, kamu sudah ingat nak, kata si ibu sambil mengusap air matanya, njeh bu saya ingat sekarang. kemudian ibu itu mengambil sebuah plastik kresek warna hitam yang ternyata di dalamnya berisi uang, nak uang ini mungkin tidak cukup untuk menganti semua biaya rumah sakit yuniar waktu itu tapi ibu mohon kamu mau menerima, nanti ibu akan cicil, sambil memegang tangan si ibu saya bilang, ibu saya sudah ilkas jangan paksa saya untuk mengurangi keiklasan saya dengan saya menerima uanag ini, saya tidak pernah menharapkan uang itu kembali, si ibu sambil sesegukan berkata nak boleh ibu memelukmu, boleh bu masak seorang ibu ga boleh memeluk anaknya sendiri kata saya, dan tangis si ibu pun pecah segala doa di ucapkan ibu itu untukku. dan akupun pamit dengan membawa oleh - oleh  melon dan cerita untuk anak dan istriku di rumah

Yogyakarta 12 November 2014

kisah ini di tulis hanya untuk bahan renungan bahwa setiap perbuatan baik pasti akan berbuah kebaikan tanpa ada niat yang lain

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun