Mohon tunggu...
Riski Situmorang
Riski Situmorang Mohon Tunggu... Mahasiswa | Ilmu Komunikasi | Universitas Sumatera Utara

Mahasiwa S-1 Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara dengan Keterampilan Desain Grafis dan Copywriting. Memiliki Hoby membaca, Membuat desain, Traveling. dan Sebagainya.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Mahasiswa Wajib Tahu! Financial Check-Up Bisa Jadi Tameng dari Financial Trauma

1 Oktober 2025   15:24 Diperbarui: 1 Oktober 2025   15:24 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Mahasiswa sedang Mencatat Keuanganya (Sumber: DreaminaAI/Riski)

Banyak dari kita menganggap financial check-up itu ribet dan hanya perlu dilakukan oleh orang yang sudah punya penghasilan tetap atau aset banyak. Padahal, justru kita mahasiswa yang paling butuh melakukan ini. Masa kuliah adalah waktu yang tepat untuk membangun kebiasaan finansial yang sehat. Kalau dari sekarang kita sudah terbiasa memantau dan mengevaluasi keuangan, kelak saat sudah bekerja dan punya tanggungan lebih besar, kemampuan ini akan sangat berguna.

Financial check-up untuk mahasiswa sebenarnya nggak perlu sampai kompleks seperti yang dilakukan oleh financial planner profesional. Versi sederhana yang bisa kita lakukan sendiri pun sudah sangat membantu. Yang penting adalah konsistensi dalam melakukannya, minimal sebulan sekali atau setiap kali menerima uang saku atau pendapatan lain.

Manfaatnya sangat banyak untuk kita rasakan. Yang pertama, kita jadi punya gambaran jelas tentang kondisi keuangan sehingga keputusan finansial bisa dibuat berdasarkan data faktual, bukan perasaan atau asumsi semata. Yang kedua, kita bisa mendeteksi masalah sejak dini sebelum menjadi besar. Misalnya, kalau terlihat pengeluaran bulanan mulai melebihi pemasukan, kita bisa segera melakukan penyesuaian. Yang ketiga, kecemasan dan stres terkait uang bisa berkurang drastis karena kita sudah tahu persis posisi keuangan dan punya rencana jelas.

Yang paling penting, financial check-up adalah bentuk kontrol atau kendali atas keuangan pribadi kita. Salah satu pemicu financial trauma adalah perasaan tidak berdaya atau tidak punya kontrol terhadap kondisi finansial. Dengan melakukan check-up rutin, kita punya rasa memiliki kendali penuh atas uang, sehingga kecemasan berkurang drastis. Kita nggak lagi merasa seperti korban dari situasi keuangan yang tidak menentu, tapi jadi kapten yang mengemudikan kapal finansial sendiri.

Langkah Praktis Melakukan Financial Check-Up ala Mahasiswa

Sekarang masuk ke bagian yang paling ditunggu: bagaimana cara kita melakukan financial check-up yang praktis dan mudah diterapkan? Mari kita bahas langkah demi langkahnya dengan cara yang realistis untuk kehidupan mahasiswa.

Langkah awal adalah mencatat semua sumber pemasukan. Tuliskan semua pemasukan dalam sebulan, termasuk uang saku dari orang tua, pendapatan dari kerja part-time, beasiswa, atau sumber lainnya. Jangan sampai ada yang terlewat, sekecil apapun jumlahnya. Kalau pemasukan kita tidak rutin setiap bulan, hitung rata-rata selama tiga bulan terakhir untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat.

Setelah itu, kita perlu melacak seluruh pengeluaran. Catat semua pengeluaran kita selama sebulan penuh, mulai dari yang besar seperti kos atau SPP, sampai yang kecil seperti beli es teh di kantin. Banyak aplikasi pencatat keuangan yang bisa memudahkan proses ini, atau cukup gunakan notes di handphone. Yang penting adalah kita jujur dan konsisten mencatat setiap rupiah yang keluar dari kantong.

Langkah berikutnya adalah kategorikan pengeluaran kita. Kelompokkan ke dalam beberapa kategori seperti kebutuhan pokok yang meliputi makan, transportasi, dan kos. Kemudian ada kategori pendidikan untuk buku, fotokopi, dan kebutuhan kuliah. Lalu kategori hiburan untuk nonton, nongkrong, dan langganan streaming. Kategorisasi ini akan membantu kita melihat pos mana yang menghabiskan uang paling banyak.

Kemudian kita perlu menganalisis rasio pemasukan dan pengeluaran. Bandingkan total pemasukan dengan total pengeluaran yang sudah kita catat. Idealnya, pengeluaran tidak boleh melebihi 90% dari pemasukan, sisanya 10% kita tabung atau investasikan. Kalau ternyata pengeluaran sudah melebihi pemasukan, artinya ada masalah yang harus segera kita atasi sebelum situasinya makin parah.

Setelah melihat data lengkap, kita bisa mengidentifikasi pengeluaran yang bisa dikurangi. Lihat kembali kategori pengeluaran dan cari pos-pos yang sebenarnya bisa kita pangkas tanpa mengurangi kualitas hidup secara signifikan. Misalnya, frekuensi jajan atau pesan makanan online yang terlalu sering, langganan aplikasi yang jarang kita pakai, atau belanja impulsif yang sebenarnya tidak mendesak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun