Mohon tunggu...
Luvi Nuryani
Luvi Nuryani Mohon Tunggu... Guru - " Belajarlah selagi masih mampu jangan mengenal kata putus asa"

Mahasiswi STKIP PGRI Ponorogo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dengan Sastra Kita Membongkar Ideologi

23 Desember 2019   17:00 Diperbarui: 23 Desember 2019   19:35 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ponorogo- Minggu ( 22/ 19 ), STKIP PGRI Ponorogo gelar SLG 2(Sekolah Literasi Gratis jilid 2). SLG edisi Desember ini mendatangkan pemateri yang luar biasa dari dunia kesusastraan Indonesi yaitu  S. Jai lahir di kediri " Penerima Anugrah Seni Gubernur Jatim 2015, dan Perai Anugrah Sutasoma 2019". S.Jai tertarik pada karya sastra sejak duduk di bangku kelas 4 SD saat dimana dia mulai lancar membaca sehingga dia suka membaca. Selanjutnya ada Puji Santosa, kelahiran madiun"Penerima Satyalacana Karya Satya 30 tahun dari Presiden" . Pertama kali menulis pada saat SMA kelas 8 dan berhasil dimuat disalah satu majalah Jaya Baya . Peserta yang hadir dalam acara ini adalah seluruh warga kampus STKI PGRI Ponorogo, mahasiswa dan umum.

Acara ini di pandu oleh Adip Arifin selaku moderator, yang memperkenalkan dan membacakan CV dari pemateri . Lalu dialnjutkan dengan diskusi ringan dengan kedua pemateri yang menceritakan proses kreatif mereka dalam menghasilkan sebuah karya sastra. Peserta sangat antusias dalam mendengarkan paparan demi paparan yang disampaikan dari kedua pemateri , kadang kala ada beberapa peserta yang mencatat bagian-bagian penjelasan pemateri yang dirasa penting.

S.Jay berpendapat mengenai alasanya menulis karya sastra dilatar belakangi dari  anggapanya bahwa menciptakan karya sastra itu timbul dari rasa tanggung jawab. Tanggung jawabnya terhadap ilmu yang sudah didapatnya, terhadap gelarnya dan juga tanggung jawab kita semua sebagai khalifah dibumi. Selain itu pandangan S.Jai mengenai kepenulisan karya sasta di sampaikan dalam sebuah tanggapan,"Menulis sastra bagi saya adalah suatu upaya menjaga diri, memahami diri agar tak kehilangan hak milik sebagai manusia. Semacam cinta yang sesungguhnya, cinta yang berpuasa, cinta yang menahan diri agar terhindar dari kesepian, kecemasan, apalagi kehilangan".

Puji Santosa memaparkan beberapa kunci sukses dan juga motivasi positif yang harus dimiliki seorang sastrawan dan yang harus dihindari, diantaranya kunci sukses menurut Puji Santosa ada 6 yaitu : Sehat Jasmani dan Rohani, Uang senantiasa ada dan selalu bersyukur, memiliki keluarga yang harmonis, memiliki kehidupan sosial yang baik, etika senantiasa dipegang teguh, dan juga harus di dampingi dengan sikap religius yang pas. 

Selain itu seorang penulis harus memiliki nilai positif yang harus dikejar seperti motivasi atau dorongan dari dalam diri kita untuk selalu berusaha, kerja keras tanpa mengenal lelah dan putus asa, tekun ,rajin dan pastinya banyak-banyak membaca, dan yang terakhir harus diimbangi dengan doa, ibadah dan sembahyang. 

Dan selanjutnya nilai negative yang harus kita hindari menurut Puji Santosa ini diberi nama-nama yang saat unik sehingga membuat peserta merasa penasaran dan timbulnya rasa ingin tau, seperti halnya kambing hitam yang maksutnya suka menyalahkan orang lain dalam segala permasalahan dan seoerang penulis tidak dibenarkan memiliki sifat tersebut, dan yang kedua ketombe yang berarti suka mencari kejelekan orang lain , selanjutnya ada PDI yang disingkat dari kata penurunan daya ingat hal ini sangat berpengaruh besar dalam kegagalan sebuah kepenulisan  dan untuk menghindarinya kita di anjurkan untuk mencatat dimanapun dan kapanpun saat kita mendapatkanide kepenulisan, dan yang terakhir adalah BAKMI( Bosenan, Aras- arasan, Keset, Males dan Isinan).

Setelah mendengarkan perjalanan kreatif dari kedua tokoh inspiratif ini hendaknya kita lebih semangat lagi dalam mempelajari dan menciptakan sebuah karya sastra. Jangan takut mencoba karena semakin banyak kita praktik maka kreativitas kepenulisan kita akan semakin berkembang.
Selanjutnya acara ditutup dengan kesimpulan  dari moderator yang dirangkum dari paparan yang disampaikan dari kedua pemateri, Menulis karya sastra yang baik harus dibiasakan membaca karya sastra yang ada dan selalu membaca tanda-tanda. Sebagai khalifah dibumi kita harus bisa bertanggung jawab dengan apa yang diamanahkan kepada kita salah satunya adalah membaca dan menulis seperti yang ada pada kitab al- qurn.

Pewarta : Lupi Nuryani
Mahasiswi STKIP PGRI Ponorogo
Pendidikan Bahasa Inggris 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun