Mimpiku sederhana:
melahap keju seperti raja.
Bukan yang diparut jadi debu hina,
tapi balok agung---utuh dan membanggakan.
Telah kubayar semua---
uang sekolah, tagihan,
mimpi kecil istriku,
dan susu anakku yang tak pernah kutunda.
Tinggal satu yang tertinggal:
sepotong keju...
yang selama ini cuma tayang
di kartun masa kecilku.
Jerry, si tikus nekat,
melompat ke cheddar
dengan cinta dan nyali,
sementara aku
mengunyah hidup
tanpa rasa gurih yang sejati.
Tapi hari itu, aku berubah.
Kupilih mozzarella di minimarket
---lunak, asing, mahal---
tapi hatiku lebih keras dari harganya.
Tiga puluh ribu!
Dua porsi nasi padang!
Ah, biarlah.
Kubawa pulang seperti pemenang.
Kupotong ia seukuran jari
dengan tangan gemetar.
Lalu...
Ya Tuhan...
Aromanya meledak di rongga dada,
gurihnya seperti pelukan istri
yang lama tak kudekap,
lembutnya...
seperti kekasih yang tak datang-datang,
tapi akhirnya pulang.
Aku tidak ingin banyak dari dunia.
Hanya keju,
yang bisa kupotong tanpa malu,
dan kukunyah tanpa takut miskin.
Hari itu,
aku bukan siapa-siapa.
Tapi rasanya...
aku raja.