Mohon tunggu...
Luthfi Kenoya
Luthfi Kenoya Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penikmat Senja dan Kopi

S2 Ilmu Politik Universitas Indonesia | "A little Learning is dangerous thing" | find me at Instagram, Line, Twitter, Facebook, Linkedln by ID: @Luthfikenoya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Analisa "Statement" Ketum PB HMI: Siapa yang Sebenarnya Politis?

22 September 2018   23:37 Diperbarui: 23 September 2018   00:07 1449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Terakhir, Saddam menutup dengan kalimat, "Kader HMI banyak yang menjadi korban atas aksi represifitas Polri. Saran saya Kapolri harus tegas terhadap anggotanya yang bertugas di lapangan," yang menurut hemat penulis telah kehilangan makna. Kenapa? 

Karena pernyataan sebelumnya yang menolak utk turun aksi, sedangkan di tataran grass root beberapa cabang justru turun aksi. Artinya, fungsi dari statement terakhir yang berupa keinginan ketum PB HMI dengan sendirinya tidak memiliki ketegasan dan kemauan yang kuat untuk memperjuangkan kadernya sendiri, dengan kata lain "normative statement". 

Kritik ini penulis sampaikan sebagai bagian dari refleksi kita semua termasuk penulis, alih-alih menuntut pengetahuan dan tindakan bebas nilai yang tidak mungkin lebih baik mengujinya dalam kerangka analisa. 

Maksudnya, uji saja tindakan aksi HMI di daerah dengan melihat kedalaman analisis mereka mengenai pemerintahan hari ini. jika memang tidak memiliki kedalaman analisis artinya siapapun berhak mengatakan itu sebagai "aksi politis" tetapi apabila HMI di daerah memiliki analisis yang kuat terhadap pemerintah, maka sebagai Pengurus Besar (PB) HMI harus melakukan tindak lanjut. 

Dan penulis sangat menyayangkan munculnya statement tersebut, yang justru bagi penulis tidak menceminkan tradisi intelektual HMI. Alih-alih menghendaki bebas nilai, justru tidak mampu untuk melakukan verifikasi terhadap sebuah fenomena, bahkan fenomena internal. Sekarang, siapa yang sebenarnya politis?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun