Menyusuri Arsip Pertahanan dan Keamanan Era Sukarno: Dari Revolusi hingga Demokrasi Terpimpin
Jakarta – Setiap bangsa memiliki cara untuk menjaga ingatan kolektifnya. Bagi Indonesia, arsip adalah salah satu jendela paling penting untuk melihat kembali perjalanan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara. Arsip-arsip itu kini terhimpun dalam Guide Arsip Pertahanan dan Keamanan Negara Era Presiden Sukarno 1945–1967, sebuah panduan yang membuka akses pada ratusan dokumen, foto, dan film yang merekam detik-detik perjuangan mempertahankan Indonesia dari berbagai ancaman.
Arsip: Penjaga Ingatan Bangsa
Penerbitan guide ini bukan semata agenda birokrasi. Ia adalah bagian dari upaya besar Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), khususnya melalui Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan, untuk menghadirkan sarana penelusuran arsip yang sistematis. Kehadirannya penting, sebab sejarah pertahanan dan keamanan bangsa sejak 1945 hingga 1967 tidak hanya dipenuhi kisah heroik, tetapi juga pergulatan politik, sosial, dan diplomasi yang rumit.
Kepala Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan, Agus Santoso, dalam kata pengantarnya menegaskan bahwa guide ini merupakan bentuk pelayanan kepada publik agar dapat dengan mudah menemukan arsip bertema pertahanan dan keamanan di era Presiden Sukarno. “Kesempurnaan mungkin belum bisa dicapai, namun kami meyakini guide ini sudah dapat dimanfaatkan oleh pengguna untuk menelusuri arsip statis yang dibutuhkan,” tulisnya.
411 Arsip yang Menghidupkan Sejarah
Guide ini menghimpun 411 nomor arsip yang terbagi menjadi arsip tekstual, foto, dan film. Semuanya menghadirkan gambaran lengkap mengenai bagaimana Indonesia, yang baru saja lahir sebagai negara merdeka, berusaha menegakkan kedaulatan di tengah ancaman eksternal maupun internal.
- Arsip tekstual (219 dokumen) mencakup surat keputusan presiden, produk hukum, pidato, hingga laporan operasi militer.
- Arsip foto (161 foto) merekam momen bersejarah seperti pelantikan Jenderal Sudirman, parade militer, hingga pertemuan internasional.
- Arsip film (31 judul) berasal dari produksi Perusahaan Film Negara (PFN), misalnya ABRI 19 Tahun: Ini Dadaku dan Tahun Kemenangan yang menggambarkan peristiwa Trikora dan perjuangan Irian Barat.
Keberagaman jenis arsip ini menunjukkan bahwa sejarah tidak hanya hidup dalam kata-kata, tetapi juga dalam gambar dan suara yang mampu menghidupkan kembali suasana masa lalu.
Empat Pilar Pertahanan di Era Sukarno
Guide arsip ini mengelompokkan informasi dalam empat aspek utama:
- Kelembagaan
Arsip pada aspek ini menunjukkan bagaimana pemerintah membangun fondasi kelembagaan pertahanan, mulai dari pembentukan Tentara Nasional Indonesia, integrasi Kepolisian Negara ke dalam Angkatan Bersenjata, hingga pendirian Dewan Keamanan Nasional dan Lembaga Pertahanan Nasional. Dokumen-dokumen ini menegaskan betapa seriusnya upaya negara merumuskan struktur yang mampu menghadapi tantangan keamanan. - Sumber Daya Pertahanan dan Keamanan
Aspek ini menampilkan strategi mobilisasi kekuatan rakyat, perekrutan laskar pejuang ke dalam TNI, hingga kebijakan wajib militer. Foto-foto parade alutsista dan pelantikan perwira cadangan menjadi simbol nyata bagaimana Indonesia berusaha memperkuat diri, meskipun masih dalam keterbatasan sumber daya. - Ancaman Eksternal
Perjuangan mempertahankan kedaulatan tidak berhenti pada agresi militer Belanda. Pada masa Demokrasi Terpimpin, Indonesia menghadapi tantangan besar berupa perebutan Irian Barat dan konfrontasi dengan Malaysia. Arsip pidato Sukarno tentang Trikora dan dokumen pembentukan Komando Ganyang Malaysia (KOGAM) adalah saksi bagaimana politik luar negeri Indonesia dipadukan dengan strategi pertahanan. - Ancaman Internal
Di dalam negeri, stabilitas diguncang oleh berbagai pemberontakan: DI/TII, PRRI/Permesta, hingga peristiwa G30S 1965. Arsip-arsip pada aspek ini menyingkap dinamika internal yang tidak kalah beratnya dibanding ancaman luar negeri. Dari maklumat pemerintah, laporan operasi militer, hingga foto penggalian jenazah Pahlawan Revolusi di Lubang Buaya, semuanya memperlihatkan kompleksitas menjaga persatuan bangsa.
Arsip yang Berbicara Melalui Gambar dan Film
Salah satu kekuatan guide ini adalah dokumentasi visual. Foto-foto IPPHOS, misalnya, memperlihatkan Jenderal Sudirman saat dilantik oleh Sukarno di Istana Yogyakarta, atau barisan Taruna Militer Akademi yang menerima pengarahan langsung dari Panglima Besar.
Film-film produksi PFN menambah dimensi emosional. Dalam Tahun Kemenangan (1962), misalnya, publik bisa merasakan kembali semangat perjuangan rakyat dan militer dalam membebaskan Irian Barat. Sementara film ABRI 19 Tahun: Ini Dadaku (1964) mengabadikan semangat solidaritas militer di tengah konfrontasi regional.
Visual-visual ini bukan hanya dokumentasi, tetapi juga alat propaganda dan penggerak semangat nasionalisme di masanya. Kini, ia menjadi sumber sejarah yang sangat berharga bagi peneliti maupun masyarakat umum.
Menjaga Memori Kolektif Bangsa
Lebih dari sekadar daftar arsip, guide ini adalah upaya menjaga memori kolektif bangsa. Ia membuka ruang bagi akademisi, peneliti, jurnalis, maupun generasi muda untuk memahami kembali bagaimana Indonesia berdiri tegak dalam periode penuh turbulensi sejarah.
Dengan membaca, meneliti, dan menonton arsip-arsip ini, kita tidak hanya mengenang masa lalu, tetapi juga belajar bagaimana sebuah bangsa muda menghadapi krisis dengan strategi, diplomasi, dan pengorbanan.
Untuk Generasi Kini
Di era digital, akses arsip semakin mudah. Guide ini memberi petunjuk teknis bagaimana publik dapat menemukan arsip sesuai kebutuhan, mulai dari mencatat nomor arsip hingga meminta akses di ruang baca ANRI. Kehadiran indeks nama, tempat, dan istilah semakin memudahkan penelusuran.
Bagi generasi muda, guide ini bisa menjadi pintu masuk untuk menyelami sejarah pertahanan negara. Bahwa kemerdekaan tidak hanya diraih dengan senjata, tetapi juga dijaga melalui konsistensi kebijakan, diplomasi, dan partisipasi rakyat.
Guide Arsip Pertahanan dan Keamanan Negara Era Presiden Sukarno 1945–1967 bukan sekadar kumpulan dokumen. Ia adalah saksi bisu perjalanan sebuah bangsa yang berusaha bertahan di tengah ancaman kolonialisme, tekanan geopolitik, dan pergolakan internal. Melalui arsip-arsip ini, kita diajak merenung sekaligus bangga, bahwa bangsa Indonesia pernah melewati masa penuh cobaan dengan keberanian dan keyakinan untuk tetap merdeka, berdaulat, dan berdiri di atas kaki sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI