Pernahkah kamu merasa seperti seorang profesional yang sibuk, tetapi saat evaluasi target, kamu merasa tidak mencapai apa pun yang benar-benar berarti? Ada sebuah jebakan yang seringkali kita jatuh ke dalamnya yaitu Fake Productivity Trap.
Kita semua pasti pernah merasakannya, kita membuat daftar tugas panjang, menghabiskan berjam-jam di depan komputer atau bahkan merasa "sibuk" sepanjang hari. Namun, ketika kita melihat hasilnya, kita sadar bahwa kita belum benar-benar bergerak maju menuju tujuan besar kita.
Inilah yang saya alami saat saya menetapkan tujuan untuk mencapai nilai TOEFL 550+. Saya merasa terjebak dalam rutinitas yang seolah-olah produktif, tapi kenyataannya tidak ada kemajuan nyata yang saya capai.
Apa itu Fake Productivity Trap?
Fake productivity atau "produktivitas palsu" adalah saat kita merasa sibuk tapi tidak produktif. Kita merasa seolah-olah sudah berusaha, namun hasilnya tidak sesuai dengan waktu dan energi yang kita keluarkan. Ini bukan sekadar tentang melakukan banyak hal, melainkan tentang melakukan hal yang benar-benar membantu kita maju ke tujuan yang telah kita tetapkan.
Seperti saat saya memutuskan untuk belajar TOEFL dengan target nilai 550+. Saya mungkin sudah menghabiskan waktu berjam-jam membaca artikel atau menonton video motivasi tentang TOEFL, namun apakah saya benar-benar berlatih dengan soal-soal TOEFL? Tentu saja tidak.
Penyebab Utama Fake Productivity Trap:
Terlalu Banyak Rencana, Terlalu Sedikit Aksi
Rencana yang bagus itu penting, tapi jika kamu hanya terjebak dalam membuat rencana tanpa tindakan nyata, itu hanya akan membuatmu merasa sibuk tanpa hasil.
Mencari Kesenangan Instan, Menghindari Kerja Keras
Saat merasa lelah atau cemas tentang ujian, kita cenderung mencari hiburan sementara seperti scrolling media sosial atau menonton acara TV. Ini memberi perasaan nyaman sejenak, tapi sebenarnya menunda kemajuan.
Terjebak dalam Lingkaran "Perlu Waktu Lebih Banyak untuk Belajar"
Kita sering merasa bahwa kita belum siap untuk belajar, padahal kenyataannya kita hanya perlu memulai. Keinginan untuk merasa sepenuhnya siap bisa menghambat langkah pertama yang penting.