Mohon tunggu...
Mohammad Lutfi
Mohammad Lutfi Mohon Tunggu... Tenaga pengajar dan penjual kopi

Saya sebenarnya tukang penjual kopi yang lebih senang mengaduk ketimbang merangkai kata. Menulis adalah keisengan mengisi waktu luang di sela-sela antara kopi dan pelanggan. Entah kopi atau tulisan yang disenangi pelanggan itu tergantung selera, tapi jangan lupa tinggalkan komentar agar kopi dan tulisan tersaji lebih nikmat. Catatannya, jika nikmat tidak usah beri tahu saya tapi sebarkan. Jika kurang beri tahu saya kurangnya dan jangan disebarkan. Salam kopi joss

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tuyul

30 November 2019   16:54 Diperbarui: 30 November 2019   16:55 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cuaca panas akhir-akhir ini membuat orang mengeluh. Biasanya memang temperatur suhu normalnya 32 derajat celcius saja, tapi kali ini sampai 39 derajat celcius dan bahkan lebih. Katanya, fenomena panas yang terjadi karena adanya pergeseran matahari ke bagian selatan. Yang paling untung saat cuaca seperti itu adalah tukang jual es.

Lihat saja di pinggir-pinggir jalan, tukang jual es teler, es buah, es degan silih berganti dihampiri pelanggan. Hingga pada suatu ketika, tukang esnya yang pingsan karena dehidrasi dan sesak napas. Tukang es malang, yang diperhatikan hanya omsetnya sementar kesehatannya diabaikan.

Di antara berjejer-jejer tukang es yang ada di sepanjang jalan Trunojoyo, tampak wajah Hakim yang seperti berapi-api penuh semangat berbicara dengan temannya yang berjumlah lima orang.

"Kawan, saya punya dua tuyul di rumah" kata Hakim kepada teman-temannya.

"Mana mungkin kamu punya tuyul? Tapi aku penasaran kalau itu benar Kim. Aku sudah pernah lihat pocong, hantu, kuntilanak dan lainnya" Tanya Samsul yang berbadan kekar dengan kulit warna hitam. Sementara yang lain hanya cuek saja dan seperti tidak percaya. Sejatinya Samsul memang menyukia dunia mistis, makanya ketika diceritakan perihal tuyul sangat antusias.

"Lihat saja ke rumah nanti malam"

"Baik, aku akan datang."

Kelima kawan itu memang sering berkumpul, biasanya di akhir pekan. Hakim dan Samsul bekerja sebagai pegawai pemerintahan. Baru diangkat satu tahun yang lalu sebagai pegawai negeri. Sementara yang tiga lagi ada yang bekerja di puskesmas, rumah sakit dan di salah satu perusahaan kartu seluler. Mereka bersahabat karib sejak bangku kuliah.

***

Malam hari, ketika cahaya bulan tidak muncul karena tanggal tua, Samsul menepati janjinya datang ke rumah Hakim untuk memastikan cerita Hakim. Dalam perjalanan dia melihat cahaya jatuh seperti bintang atau meteor lewat.

Orang yang percaya dengan dunia mistis akan menyebut sebagai pana tae (istilah dalam bahasa Madura). Pana tae biasanya diidentikkan dengan sihir atau santet.  Pukul setengah delapan Samsul sampai di rumah Hakim. Keduanya duduk di teras rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun