Kedua komentar ini mempertegas bahwa masalah keamanan di Lumajang bukan sekadar rumor atau kabar dari luar, tetapi juga realita yang diakui dan dirasakan masyarakat sendiri.
KKN dan Gagalnya Jaminan Keamanan
Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah ajang mahasiswa mengabdi dan berbaur dengan masyarakat. Di Lumajang, sejak 15 Juli 2025, sebanyak 1.070 mahasiswa Unej disebar di 102 desa. Harapannya, mereka bisa menjadi agen perubahan, membawa ide dan inovasi bagi desa-desa. Namun semua itu runtuh hanya karena faktor paling dasar yakni keamanan diri dan barang pribadi tidak bisa dijamin oleh masyarakat Lumajang itu sendiri.
Tindakan Unej menarik mahasiswa dari Lumajang patut diapresiasi dari sisi proteksi terhadap keselamatan mahasiswa. Namun di sisi lain, ini menjadi bukti nyata bahwa kabupaten ini gagal menyediakan ruang yang aman bahkan bagi tamu yang datang untuk membantu. Ini bukan hanya memalukan, tapi juga menunjukkan lemahnya deteksi dini risiko dan koordinasi keamanan dengan pihak kampus.
Pemerintah Daerah Harus Bercermin
Pemkab Lumajang tidak bisa menutup mata. Insiden ini bukan sekadar kasus pencurian biasa, melainkan pukulan telak terhadap reputasi daerah. Dampaknya lebih jauh dari hanya kehilangan motor. Kepercayaan publik, lembaga pendidikan, dan pihak luar terhadap Lumajang ikut tergerus.
Label "daerah rawan begal" akan terus melekat jika tidak ada langkah luar biasa. Penambahan patroli, pemasangan CCTV, atau razia besar-besaran bukanlah solusi jangka panjang jika tidak dibarengi penegakan hukum tegas dan pemberantasan jaringan pelaku hingga ke akar.
Keselamatan sebagai Hak Dasar
Mahasiswa KKN tidak dibekali untuk menghadapi kriminal bersenjata atau sindikat pencurian. Mereka datang dengan niat baik, bukan untuk menguji nyali di daerah rawan. Ketika daerah gagal memberikan jaminan rasa aman, apapun program pengembangan desa yang dijalankan akan selalu dibayangi rasa waswas.
Jika Lumajang serius ingin mengubah citra, insiden ini harus menjadi titik balik. Pemerintah daerah, aparat keamanan, dan masyarakat perlu bersatu menutup ruang gerak begal dan pencuri. Tanpa itu, Lumajang akan terus dikenang bukan karena Semerunya yang gagah, melainkan karena jalannya yang berbahaya.